10.

1.8K 132 6
                                    

"Nana, yuk pulang."

Echa ngelus pelan lengannya, bikin dia ngegeleng kecil, taburan bunga di atas gundukan tanah adalah hal terakhir yang tersisa dari prosesi menyakitkan ini.

"Gue masih mau di sini, Cha."

Perempuan itu ngegigit bibir, nggak sanggup liat sahabatnya kayak gini.

"Na ..."

"Please, gue pengen lebih lama sama Kak Mark, itu aja."

Echa ngalah, dituntun Lucas, perempuan itu segera ngikutin rombongan yang akan pulang, ninggalin Nana bareng Jeno yang berdiri nggak jauh dari mereka.

"Kamu mau sampai kapan di sini?" Jeno berjalan ngedekat, jongkok di depan istri kakaknya yang masih ngelus nisan.

"Sampai capek."

"Kamu udah capek, ayo pulang, mama papa pasti khawatir."

"Nggak mau," dia ngegeleng pelan, "Mau disini sama Kak Mark."

"Kak Mark nggak pengen ditemenin." Jeno berusaha sabar, "Dia lebih pengen kamu balik, jagain anak kalian. Kakak nggak mungkin suka liat anaknya terlantar."

"Jangan ikut campur!"

Raut frustrasi tampak di wajah rupawan si bungsu, ia mejamin mata berusaha untuk nggak emosi di depan perempuan kesayangan kakaknya.

"Gue nggak ikut campur, elo yang terlalu drama. Kita semua kehilangan, bukan cuma lo doang yang sakit di sini. Gue, mama, papa bahkan anak lo juga. Jangan egois, kakak pengen lo bahagia bukan nangisin dia."

Setelahnya, Jeno beranjak pergi, bodo amat perempuan di belakangnya mau ikut atau enggak.

Tapi nyatanya, semenit setelah punggung Jeno berlalu, Nana ikut berdiri, natap nisan suaminya sekali lagi kemudian nyusut air mata dan nyusul Jeno di depan.

***

stemmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang