Kairi berjalan ditepi jalanan Shibuya yang mulai sepi malam ini, pantas saja karena waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Kebanyakan orang pasti sedang melepas penat mereka dirumah. Sedangkan Kairi, setelah pemotretannya yang cukup menguras tenaga ia justru berjalan tidak tentu arah.
Padahal dua jam lagi usianya akan menginjak tujuhbelas tahun dan sekarang Kairi telah melupakannya. Ia ingin mencari tau apakah ia benar-benar bukan manusia, tapi Kairi tidak tau dimana ia harus memulai.
Pandangan Kairi tertuju pada sebuah lounge bar yang berada didalam gang, lampu neonnya menyala cukup terang menyita perhatian Kairi.
Beruntungnya lounge bar itu lumayan ramai, jadi tidak ada yang akan menyadari bahwa seorang anak dibawah umur memasuki tempat berkumpulnya orang dewasa itu. "Apa-apaan yang kulakukan ini?" tanya Kairi dalam hati kemudian ia berbalik hendak keluar. Namun segerombolan orang dewasa masuk dan mendorong Kairi hingga ke tengah-tengah bagian dalam bar.
"Tidak apa-apa kan? Toh tidak ada yang mengenalku," Kairi berucap didalam hati kemudian duduk disofa yang berada disudut bar. Untungnya wajah Kairi tertutup masker dan ia memakai topi jadi kalaupun ia bertemu dengan seseorang yang kenal dengannya, orang itu tidak akan langsung tau bahwa dia adalah Kairi.
Ternyata bar tidak buruk juga, musik yang mengalun tidak cukup keras namun tetap mengasyikan, orang dewasa yang sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Sebagian dari mereka berjoget didepan panggung kecil yang ada di lounge bar itu, sebagian orang lagi menikmati minuman beralkohol yang mereka pesan untuk menghilangkan beban pikiran mereka sejenak. "Sepertinya aku akan suka tempat ini..." gumam Kairi dibalik maskernya.
"Sumimasen... Anda ingin memesan sesuatu?" Seorang waiter menghampirinya.
Oh, tidak! Kairi tidak suka ini, ia tidak tau harus memesan apa karena ini pertama kalinya ia datang ke bar, "silahkan dilihat..." waiter itu kemudian menyerahkan daftar menu.
"Macallan 12 YO," gumam Kairi membaca menu yang sepertinya aman untuk ia minum.
"Glass?" tanya waiter yang mendengar gumaman Kairi.
"Um... Yeah."
"Baiklah mohon tunggu sebentar," kemudian waiter itu pergi.
Kairi sempat menyesal memesan minuman itu saat menyadari harga yang tertera cukup mahal. Namun ia mempunyai cukup banyak uang di rekeningnya hasil dari pekerjaan yang ia lakukan selama ini. Kairi kemudian mengecek ponselnya dan ternyata Cho berulang kali mengirimkan pesan padanya.
"Pulanglah sebelum jam duabelas malam!"
Itulah inti dari duapuluh pesan yang Cho kirim. Kairi terbiasa hidup sendiri dan tidak suka diatur-atur, ia mengabaikan pesan Cho.
Selang beberapa menit, minuman yang Kairi pesan pun datang. Ia terkejut melihat lelaki yang membawa minumannya kali ini, "silahkan pesanan anda..." Kousuke--teman sekelas Kairi ketika kelas satu, mungkin bisa juga disebut mantan pacarnya.
"Dia tidak mungkin mengenaliku kan?" batin Kairi. "Arigatou..." ucap Kairi tanpa mendongak.
"Bukankah kau masih dibawah umur?" Jleb!! Rasanya bagaikan sebuah pisau besar menembus jantungnya, dia tau. "Kamu Kairi, kan?" ucap Kousuke lagi.
Gawat!! Kairi tidak tau harus berkata apa, ia kemudian mendongak lalu pandangannya bertemu dengan lelaki yang lebih sering dipanggil Kou itu. "Seberat apa masalahmu sampai kamu datang ke tempat seperti ini?" ia kemudian duduk disamping Kairi.
"Kenapa kau duduk? Bukannya kau juga masih dibawah umur?" tanya Kairi.
"Memangnya ada yang melarangku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Crush Isn't Human?
Roman pour AdolescentsSatu sentuhan, satu ciuman, satu malam, satu kesalahan, dan puluhan kesempatan. Terimakasih, untuk kamu yang membuatku selalu berusaha. Terimakasih untuk kalian yang menerimaku. Terimakasih untuk kebahagiaan yang tidak pernah bosan menungguku. Teri...