21 Juli, hari pertama liburan musim panas.
Dalam suatu ruangan asrama di "Kota Akademi" yang AC-nya rusak, udara panas mengalir masuk memenuhi tempat tertutup itu, menyebabkan Miyamoto Ryota tidak bisa melakukan apa-apa. Sepertinya alasannya adalah ada sambaran petir yang menghancurkan lebih dari 75% perangkat listrik kota, termasuk kulkasnya sehingga makanan di dalamnya membusuk. Dia ingin makan mi instan, tapi malah jatuh ke baskom. dia harus keluar dan makan. Tapi, ketika sedang mencari dompetnya, dia menginjak kartu ATM-nya, merusaknya. Dia bermaksud untuk melanjutkan tidur, tapi menerima panggilan kasih sayang dari wali kelasnya, dan mendengar, "Ryota-chan yang bodoh, waktunya pelajaran Tambahan".
Bagaimanapun, Miyamoto Ryota itu selalu sial.
Begitu sialnya sampai hidupnya bagai lelucon.
Tetapi, Miyamoto Ryota tidak akan pesimis selamanya.
Ryota tidak pernah sekali pun mengandalkan "keberuntungan", yang membuatnya sangat mudah menyesuaikan diri.
"Baik. Sekarang, aku harus mengurus kartu ATM dan kulkas."
Ryota menggaruk kepalanya sambil melihat-lihat kamarnya. Dia bisa mengganti kartu ATM selama dia punya rekening, tapi yang bermasalah adalah kulkasnya. Bukan, masalah yang paling mendesak adalah sarapannya. Di samping itu, pelajaran tambahan pada dasarnya hanya program pengembangan kekuatan, jadi dia akan dipaksa minum tablet atau semacamnya; Meminumnya di saat perut kosong tentu bukanlah ide yang bagus
Aku mungkin akan ke toko serba ada dan beli sesuatu, pikir Ryota sambil melepas kaos yang telah dipakainya sebagai piyama, dan berganti ke seragam musim panasnya. Seperti semua anak tanpa otak lainnya, Ryota menghabiskan semalaman penuh untuk berpesta merayakan hari pertama liburannya seperti orang sedang mabuk, dan sekarang, kepalanya sakit karena kurang tidur.
"Membolos pelajaran selama 4 bulan dalam satu semester, dan hanya perlu ikut kelas tambahan selama seminggu? Ini pertukaran yang bagus." Ryota mencoba untuk berpikir positif.
"Cuacanya bagus, sebaiknya kujemur futonku..." Ryota berbicara sendiri sambil mengumpulkan suasana hati positif, dan membuka pintu geser ke balkon. Jika dia membiarkan futonnya disinari matahari sekarang, futonnya akan kering dan lembut saat dia kembali dari pelajaran tambahan.
Setelah dilihat baik - baik, tembok blok tetangga jaraknya hanya sekitar 2 meter dari balkon pada lantai 7 ini.
"Kenapa langit begitu biru~? Kenapa masa depan begitu gelap~?" Ryota menyanyi untuk dirinya sendiri.
Sangat menyedihkan. Awalnya dia bermaksud untuk menghibur dirinya sendiri. Tapi, ternyata memaksakan dirinya untuk menyanyikan lagu tersebut dengan riang gembira hanya membuatnya makin sedih
Meskipun begitu, Ryota masih tetap melipat futonnya, dan membawanya keluar. Jika dia bahkan tidak bisa membawa futon, dia betul-betul menyedihkan.
Pada saat itu, Ryota tiba-tiba menginjak sesuatu yang lembut dan berair. Melihatnya dekat-dekat, dia sadar bahwa itu adalah roti yang dibungkus plastik. Karena sudah dikeluarkan dari kulkas, seharusnya roti itu sudah busuk sekarang.
"Semoga tidak akan hujan tiba - tiba... "
Ini adalah firasat buruk yang datang dari hatinya, tapi Ryota tetap membawa futonnya ke balkon.
Pada saat itu, Ryota melihat bahwa sudah ada futon di balkon.
"?"
Meskipun tempat ini adalah asrama murid, struktur bangunannya mirip dengan apartemen bertingkat tinggi biasa. Ryota tinggal di satu ruangan, yang berarti tidak seharusnya ada orang lain yang akan menjemur futon di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maou no Fukkatsu
ActionBercerita tentang Miyamoto Ryota yang Ingin hidup damai tapi selalu terjebak disuatu masalah