"Kenalkan dirimu."
"....."
"Kwon Soonyoung."
"Hai. Aku Soonyoung. Saudara laki-laki barumu.
Begitu yang Ayah mau?"
Kemudian pergi.
Tentu saja dengan hentak kasar khas anak kecil. Membuat bingung sosok satunya yang masih setia menautkan jari dengan sang bunda.
"Dia.. maaf.
Dia tumbuh tanpa sosok ibu, jadi-""It's okay, darling. Pelan-pelan, ya.."
"Ah.. Jihoonie."
Sebuah tepukan di bahunya membuat anak dengan wajah polos kini mendongak. Manik besarnya jelas terpancar tanda tanya atas sentuhan yang tadi diberikan.
"Ayah harap
Jihoonie
Akrab
Sama
Soonyoungie.
Oke?"Begitu yang terucap, sepemahaman Lee Jihoon dari bahasa isyarat yang perlahan bergerak.
Satu lengkungan kecil tercipta, tanpa ragu mengangguk seraya mengacungkan jari kelingking untuk ditautkan dengan ayah barunya.
--
Tuk
Tuk
....
Tuk
Tidak berisik, sih. Tapi cukup mengganggu, tau.
Ketukannya lemah, pasti bukan Ayah.
Terkesan penuh takut, tapi juga tak menyerah dan terus mengetuk.Hingga akhirnya Soonyoung bangkit. Membuka daun pintu dengan kasar, alis segera bertaut saat mendapatkan sosok laki-laki berusia 14 tahun, berseragam putih dengan blazer merah seperti miliknya.
"Oh. Jadi Ayah menyekolahkanmu di tempat yang sama sepertiku?"
Sindiran dari anak yang lebih tinggi dibalas dengan keheningan Jihoon yang tidak mengerti.
Salah. Tidak mendengar.
Karena nyatanya, 2 hari tinggal di sini Soonyoung masih tidak tau kalau saudara tirinya memiliki gangguan pendengaran.
"Aku tidak akan berangkat denganmu."
"...???"
"Aish, enyah dari sini! Aku muak melihatmu!"
Hanya dari ekspresi, Jihoon tau kalimat tadi bukanlah hal yang bagus. Makanya kaki kecil tersebut langsung mundur dengan rusuh. Memejamkan mata erat kala bantingan pintu menjadi satu-satunya sahutan dari sang saudara.
Tenang, mereka akan bertemu nanti di sekolah. Masih ada banyak kesempatan untuk Jihoon menepati janji ayahnya.
Dan tebak, sepertinya Tuhan sangat mendukung niat baik hamba kecilnya.
Mereka satu kelas sekarang.
"Cha, anak baru. Silakan perkenalkan dirimu."
Jihoon menatap antusias ketika gurunya sedikit mendorong pelan untuk lebih maju. Tapi yang ia lakukan malah mengambil kapur, menuliskan huruf besar nan rapi di papan tulis berisikan nama, umur, dan sekolah asal.
"Wah! Seoul!!"
"Jadi kamu anak kota??!"
"Kenapa pindah ke sini?"
"Boleh ku panggil Jihoonie?!"
Ramai kelas cuma bisa dibalas Jihoon dengan senyum. Terpaku pada satu bayangan di antara manusia heboh tadi yang sepertinya tidak peduli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Language [SoonHoon BxB]
FanfictionActually you don't need any language to understand a true love. Warn! Incest Alternative Universe Out of Character Disclaimer! Pictures and names are used to visualise only. They're not mine and credits belong to their original owners.