"Lo nginep disini?" tanya Shandy saat melihat Fiki turun dari tangga rumahnya.
Fiki menyengir kuda, ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Semalam Fiki datang buat bicara sama Anna," ujar Bunda sembari menyiapkan makanan di meja.
"Emang Anna kenapa?"
Fiki menggelengkan kepalanya, ia bingung harus menjawab apa. Karena semalam, Anna tidak menceritakan apa-apa.
Gadis itu hanya membicarakan ketakutannya, dan perasaan sakitnya.
"Terus apa gunanya lo kesini, kalau Anna nggak mau ngomong juga sama lo?"
Fiki menghela napas, entah kenapa, ia merasa sikap Shandy berubah, karena tidak biasanya ia berbicara seperti itu. Mungkinkah sikap Shandy lah yang membuat gadis itu merasa takut kehilangan?
"Gue kemari karena di suruh Bang Lang, berhasil atau nggak, setidaknya gue udah berusaha," balas Fiki.
"Saya pamit pulang Tante, terimakasih atas tumpangan tidurnya." Fiki pun menghampiri Rina, bersalaman dengan wanita tersebut.
"Sarapan disini aja, Fik. Kebetulan Tante masak banyak."
Fiki menggelengkan kepalanya, bibirnya tertarik membentuk senyuman.
"Lain kali aja, Tante. Aku nggak enak, soalnya Mama di rumah pasti nunggu aku."
"Yaudah, hati-hati ya, Nak."
Fiki pun berjalan keluar, melewati Shandy begitu saja. Ia merasa malas dengan sikap Shandy yang seperti itu.
Tak lama, Gilang keluar kamar, melihat Shandy yang terdiam di dekat tangga.
"Ngapain lo? Mau jadi setan tangga nih ceritanya," ledek Gilang menuruni anak tangga.
Shandy mendelik, segera ia duduk di meja makan. Ia tidak mau berhadapan dengan adik sambungnya yang menyebalkan itu.
"Lah baperan," gumam Gilang.
"Pagi, Bunda!" sapa Gilang setelah berada di dekat meja makan, memperhatikan Rina menata makanan.
"Kakak, bangunin Anna gih, sekalian bawa Elsa turun, kalau udah bangun," titah Rina, tanpa membalas sapaan Gilang.
"Balas dulu kek sapaan aku," gerutunya dengan wajah ditekuk.
Rina tersenyum mengacak gemas rambut Gilang. "Pagi kembali, Kak!"
"Jadi, siap ke atas atau nggak nih?"
"Siap, Bunda!" Gilang pun berbalik, kembali menaiki tangga rumahnya untuk pergi ke kamar Anna.
Ceklek...
Gilang tersenyum, melihat sebuah adegan yang jarang ia lihat. Saat ini, Elsa sedang berada dipangkuan Anna.
Adik kecilnya itu terlihat nyaman saat berada di pangkuan Anna.
"Abang kira kamu belum bangun," ujar Gilang memasuki kamar Anna.
"Udah kok, Bang," balas Anna berbalik menatap Gilang.
"Fiki masih di bawah atau udah balik?"
"Udah balik."
Anna pun mengangguk sebagai jawaban. Gilang melangkah lebih dekat pada Anna.
Lelaki itu menyelipkan rambut Anna ke belakang telinganya "Cantik."
Pipi Anna bersemu merah, mendapat pujian dari Gilang.
"Ayo turun! Kita sarapan," ajak Gilang, mengambil alih Elsa dari Anna.
Gadis itu tersenyum, menganggukan kepalanya. Ia melangkahkan kakinya mengikuti Gilang dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayap Pelindung 2 : Cerita yang belum usai [END]
Fiksi PenggemarAnnabelle kini kembali ke tanah kelahirannya, setelah 2 tahun memilih tinggal di luar negeri sendiri. Ia kira, setelah ia kembali tidak akan ada yang berubah. Tapi pikirannya salah, semua orang telah berbeda. Jika dulu ia perlakukan selayaknya rat...