•Syukur•

9 4 0
                                    

Terlihat mudah, tapi sering terlupa. Sering menyebut keluh, namun begitu jarang mengucap syukur. Inilah, kataku.

Mengucap syukur saat kita berada di atas kenikmatan, mungkin mudah. Tapi tetap mengucap syukur saat kita berada di atas musibah tak banyak yang mampu. Berada dalam nikmat saja, kadang masih berat untuk mengucap. Apalagi di kala dalam musibah.

Tak sadar, terlalu banyak keluh yang terucap. Melupakan setiap nikmat yang sudah ada. Sedang di luar, lebih banyak yang lebih sengsara. Perbedaan yang sungguh jauh. Kita yang sehat dan cukup, namun banyak keluh dan kurang akan syukur. Namun mereka yang sara, banyak peluh dan tak berkeluh sedikit pun.

Kita membandingkan dengan mereka yang lebih cukup. Tapi lupa untuk berbanding dengan yang lebih kurang. Kita terlalu sibuk mendongak, namun lupa cara untuk menunduk. Selalu merasa diri kurang, padahal banyak yang lebih kurang. Begitu banyak yang tak sempurna, tapi selalu terucap syukur dari mulutnya. Sudah bersyukur kah kamu?

Menuntut semua harus sama. Menyamakan dengan yang tinggi. Ngotot tak ingin kurang. Jika semua harus sama, maukah kamu menyamakan diri dengan mereka yang kurang? Syukuri apa yang sudah ada dan menjadi milikmu sekarang. Bersyukur tak akan membuatmu kehilangan semua nikmatmu. Terlalu sibuk perihal dunia, lupa cara menikmati kehidupan.

Semua memiliki porsi. Jangan menjadi rakus akan sesuatu yang fana. Hanya titipan saja kenapa kau begitu mengejar? Kamu mati saja tak ada satu pun yang akan kamu bawa selain amal. Tak malu kah kamu? Kamu berdoa meminta agar Tuhan melebihi. Lupa bahwa masih banyak yang lebih lebih kurang darimu tapi syukurnya melebihi keluhmu yang begitu panjang.

Setiap insan memiliki porsinya sendiri. Mensyukuri segala rezeki yang telah Tuhan gariskan. Cobalah. Bersyukur di kala musibahmu. Meski hal kecil, namun menimbulkan rasa lega dan tenang yang begitu indah. Mereka yang kurang akan syukur, tak akan pernah merasakan begitu indahnya bersyukur.

Aku tak memaksa untuk kamu setuju dengan segala yang kuucapkan. Karna semua, hanyalah kataku.

Garis WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang