Wasiat Cinta*
*BAB I
**
Awalan - !
*
*"Sama orang mana Kinan nikah teh?" Tanya salah satu tetangga yang sedang membantu memasak dirumahku, namanya bu Aida. Tak lupa juga dengan logat sundanya yang khas.
Dia menatapku dengan senyum manisnya, tapi bagiku itu bukan senyum manis tapi senyum mengejek.
Cih, aku tidak akan menikah diusia ini jika dia tidak ikut andil mengompori ibuku untuk cepat-cepat menikahkan aku!
Aku menggerutu dalam hati namun tetap menjawab "Kata mama orang Bandung bu, kalo daerahnya kurang tau" ucapku seramah mungkin.
"Loh kok gak tau? Kamu kan bakalan jadi istrinya" bu Ipah menimpali, dia itu tetangga atau teman gosipnya bu Aida dan tetangga yang lainnya.
"Cimahi bu-ibu. Dia temen suami aku" tiba-tiba suara mbak Susi menyambar obrolan ibu-ibu julit itu.
Mbak Susi itu kakak iparku dari bang Rian, putra mama yang pertama."Aduuhhh! Tebih gening(1). Tapi gak papakan Kinan? Ibu denger dia pria mapan. Meskipun umurnya jauh, tapi kamu beruntung loh. Ibu jadi iri sama bu Sarni" jawab bu Aida tersenyum kearahku.
Aku kembali tersenyum, tapi kali ini senyum yang ku tunjukan adalah senyum paksa, "Allhamdulillah bu, hehe" jawabku sedikit malas.
Mereka kembali berbincang tanpa bertanya lagi kepadaku. Aku pun kembali fokus memotong wortel, membantu para ibu-ibu memasak untuk acara pernikahanku.
Ya, aku akan menikah dua hari lagi.
Diusiku yang baru 20 tahun. Sebenarnya menikah diusia itu bukan hal asing lagi dikampungku, bahkan teman-teman SMP-ku yang usianya satu tahun lebih muda dariku sudah menikah diusia mereka 17 sampai 18 tahun, atau adik kelasku yang baru berusia 16 tahun sudah menikah bahkan sudah memiliki anak sekarang.Kata mereka usia yang sudah menginjak 20 tahun keatas itu adalah perawan tua.
Ingin rasanya aku menggetok kepala mereka satu persatu yang bilang aku adalah perawan tua, mereka tidak tau saja bahwa dikota usia seperti itu harus dinikmati seberharga mungkin karena masa muda tidak akan pernah kembali lagi.
Tapi apalah dayaku yang terpaksa menerima permintaan Mama dan Bapak yang ingin segera menikahkanku.
Salah satu alsannya adalah omongan-omongan para tetangga yang terus menanyaiku kapan aku menikah kepada orang tuaku, apalagi anak-anak mereka sudah menikah bahkan memiliki anak diusia muda.
Dan dari sanalah awal mula aku dibombardir oleh kedua orang tuaku, saat aku berhenti bekerja satu tahun lalu.
Karena tidak memiliki perkerjaan dan bergantung kepada orang tua akhirnya tetangga yang terhormat membuka suara atas tubuh pengangguranku ini.Aku memang lulusan SMP, bukan karena kurang biaya untuk melanjutkan pendidikan tapi karena aku sudah malas untuk belajar, aku terbawa suasana iri oleh para anak-anak tetangga yang sudah berkerja ke kota yang sudah bisa membeli apapun dengan uang sendiri.
Jangan salah. Aku juga pernah berpikir untuk menikah muda seperti teman-temanku yang lainnya, rata-rata di kampungku sesudah lulus SMP dua tahun selanjutnya mereka pun memutuskan untuk menikah dengan pasangan yang mereka temui saat mereka merantau di kota.
Tapi hei! Itu ternyata tidak semudah yang aku pikirkan! Aku malah keasikan dengan duniaku sendiri dikota, menikmati uang hasil kerja kerasku sendiri sampai lupa dengan yang namanya pacaran. Bukan tidak ada yang mendekatiku, tapi rata-rata dari mereka jauh dari ekspetasiku dan setiap mereka ingin menujukan secara gamblang kedekatan kita, aku malah milih berteman saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wasiat Cinta
Любовные романыWARNING (21+) Ini cerita dari Kinanti Azhira, gadis cantik dari kampung bisayang harus rela dinikahkan di usianya yang baru minginjak angka 20. Memiliki orang tua yang sudah tua dan semua kakaknya sudah berkeluarga, Mama Sarni dan Bapak Adi mengin...