*****
"Tante, kenalin ini Radit sama Ratih," ujar Raina, lalu memandang duo kembar Kurniawan. "Ini tante gue, Destiny, tapi biasa gue panggil Tante Desti."
Raina tersenyum melihat mereka bertiga kemudian saling bersalaman. Saat ini mereka sedang berdiri di halaman depan rumah Raina. Radit dan Ratih baru saja datang.
"You're so tall and beautiful, Darlin'," puji Tante Desti pada Ratih. "Kamu model?"
Ratih tertawa rikuh. "Nggak kok, Tan. Tapi cita-citanya emang ada hubungan sama fashion, mau jadi designer."
"Well, good luck then." Tante Desti tersenyum lalu beralih ke Radit. "And you are the one that want to be with my beloved niece, right?" tanya Tante Desti tiba-tiba. Tangan bersedekap. Sorot mata berubah nyalang.
Raina membelalak. "Tan," desis Raina seraya menyenggol pelan lengan wanita itu.
Radit mengangguk. "Yes, Ma'am," sahut Radit tegas, namun penuh hormat. Netra berkilat serius. "And right now I want to ask for your permission officially."
Tante Desti sejenak hanya terdiam, menatap Radit dalam, lantas senyum puas tersungging di bibirnya. "Okay. You have my permission." Ditepuknya pelan lengan Radit dan Ratih. "Mulai sekarang tolong bantuin Tante jagain Raina ya."
"Iya, Tan." Radit tersenyum tipis, sementara menarik Raina ke sisinya, dan menggenggam erat tangan cewek itu. "Nggak usah khawatir. Keselamatan Raina bakal selalu jadi prioritas saya."
"Tenang aja, Tante Desti," Ratih menimpali. "Kami berdua juga juga jago bela diri kok."
Senyum Tante Desti melebar. "Bagus deh. Dulu pernah ngajak Raina les taekwondo, tapi cuman bentar tahannya." Tante Desti mengusap sayang kepala sang keponakan. "Raina emang nggak suka kekerasan, dan sedikit fobia darah."
"Udah ah, Tan." Raina merengut kecil dengan pipi memerah samar. "Kami berangkat dulu."
"Ya, udah. Berangkat gih. Tante juga mau siap-siap kerja."
Raina kemudian menarik Radit dan Ratih menuju mobil yang Radit parkir di dalam halaman samping rumah Raina, tepat di depan garasi. Radit membuka pintu mobil depan untuk Raina dan membantunya naik, sementara Ratih duduk di jok belakang.
Setelah Radit masuk ke dalam mobil dan memasang sabuk pengaman, Radit kemudian menyalakan mesin dan perlahan memundurkan mobil keluar. Dengan arahan Tante Desti yang berjaga di dekat gerbang, Radit akhirnya berhasil membuat mobilnya mengarah ke mulut jalan utama di perumahan tempat Raina tinggal tersebut.
"Hati-hati di jalan!" seru Tante Desti kemudian pada mereka bertiga.
Raina dan Ratih membalas lambaian Tante Desti, sementara Radit mulai mengemudi.
"Eh, Na. Kapan nih bikin video cover piano lagi?" Ratih bertanya di sela-sela obrolan mereka dalam perjalanan ke sekolah.
Raina mengangkat sebelah bahu. "Belum tahu juga tuh."
"Kalo mau bikin video lagi, gue boleh ikut nggak?" Suara Ratih berubah semangat. "Lo main piano, gue yang nyanyi." Kemudian cewek itu meringis malu-malu. "Aslinya gue jago nyanyi. Cuman nggak pernah pengen nunjukin aja selain pas lagi padus dulu."
"Iya, suara kembaran gue ini emang merdu banget kok, Rain," Radit menyetujui.
"Wait a sec!" teriak Ratih dengan gestur seolah buru-buru menyalakan ponselnya. Dengan penuh sarkasme, sejurus kemudian cewek bersurai lurus itu berkata, "Bisa lo ulang, Dit? Mau gue rekam. Yang lo bilang tadi bisa dianggap keajaiban dunia nih."
KAMU SEDANG MEMBACA
High School Sweethearts (Ksatria Matahari dan Peri Hujan)
Fiksi RemajaKeduanya bertemu ketika hujan tumpah-ruah. Untuk pertama kalinya, jantung berdebar kencang. Untuk pertama kalinya, perasaan nyaman bersarang. Keduanya merasa seolah... akhirnya pulang ke rumah. Namun ada rahasia besar yang masing-masing mereka penda...