79. Deja vu

1.3K 252 56
                                    

"Mengamuklah sepuasmu, Haruchiyo"

"Hahaha. As your wish, My Queen"

 As your wish, My Queen"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.

.

.

Bertarung di sisi Ratu merupakan sebuah kehormatan bagi Sanzu. Tentunya pria itu sangat senang kala (Name) akhirnya mengizinkannya.

"Haruchiyo, jangan ragu untuk menghindar dari peluru. Jangan pedulikan aku. Aku akan baik-baik saja. Lakukan sesukamu" ujar (Name) yang tak ingin membebani pria itu.

Sanzu berseru mengiyakan sambil mengangguk mantap.

"Ikuzo Haruchiyo!" seru (Name).

Keduanya menyerang orang-orang bersenjata itu dengan percaya diri.

Sanzu menembak gila-gilaan dengan kedua senjata di tangannya. (Name) mengambil pedang yang tergeletak di sana untuk menghalau semua peluru yang mengarah padanya maupun pada Sanzu.

Mr. Erwin yang melihat itu dari ruangannya mendecakkan lidahnya kesal. Ia meraih telepon genggam yang ada di ruangannya dan menghubungi seseorang.

Ratu dan Kesatrianya itu dapat bekerjasama dengan sangat baik. Sanzu yang menyerang, dan (Name) melakukan keduanya, bertahan dan menyerang.

Akan tetapi, beberapa menit kemudian, lagi-lagi bala bantuan bawahan Mr. Erwin itu datang. (Name) dan Sanzu makin kesusahan menghadapi mereka.

(Name) tak bisa fokus menyerang karena harus menghalau peluru yang mengarah padanya dan pada Sanzu. Ini lebih susah dibandingkan bertarung sendirian. Karena saat ini Ia tidak boleh menghindari peluru. Karena kalau dia menghindarinya, Sanzu bisa terkena tembakan tersebut.

DOR!

"Kusso!" desis (Name) kala sebuah peluru menyerempet pipinya. Membuat luka lecet di kulit pucat tersebut.

"Sialan!! Mati kau!!" seru Sanzu dan menembaki orang yang membuat wajah (Name) lecet.

DOR! DOR!

Tapi karena Sanzu yang berubah arah untuk menembaki orang tersebut, punggungnya dan punggung (Name) menjadi tidak terjaga.

DOR! DOR! DOR!

"Haruchiyo!" seru (Name) lalu berusaha menghalau peluru yang mengarah pada mereka.

Ctass

"Argh!" ringis (Name) kala salah satu peluru itu mengenai mata kanannya.

"(Name)!" seru Sanzu merasa bersalah dan khawatir.

"Ini bukan luka fatal! Lebih baik kau fokus dengan musuh di depanmu!" seru (Name) sambil menutup mata kanannya yang berdarah.

Sorry, I'm Not a Boy (TokRev x Reader) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang