My Born

123 8 0
                                    

SERIBU TAHUN YANG LALU

My Lady, sekarang, tepat bulan purnama ini bayi Anda akan lahir.”
Suara sapaan salah satu dayang membuat sang Lady Inu-Kimi tersentak.

“Mmm ... aku tahu itu, Kizumi. Apakah Tuan Besar Inu-Taisho sudah kembali?” tanya Inu-Kimi.

Kizumi hanya terdiam tidak tahu harus menjawab atau tidak pertanyaan dari sang Lady. Dia begitu sedih dengan kondisi Ratu besar Siluman Inu ini. Sampai detik ini pun Inu-Taisho tidak memperhatikan kondisi kehamilan sang istri.

“Anu~~ Maafkan Hamba, My Lady! Tuan Besar belum kembali juga dari seminggu yang lalu,” jawab Kizumi menunduk sedih.

“Kau. Jangan pernah mengkhawatirkan kondisi tubuh dan hatiku ini, Kizumi. Aku akan baik saja walaupun Tuan Inu-Taisho tidak mendampingiku di saat aku melahirkan,” ucap Inu-Kimi memandang sendu rembulan seraya mengelus perut besarnya.

Sementara jauh di daerah perbatasan Utara, Sang Inu-No Taisho sedang berjuang melawan siluman Gagak dengan pedang Tessaiga. Sudah banyak jurus yang dikeluarkan Inu-No Taisho untuk membunuhnya. Namun, semua nampak tak berefek.

“Apakah itu yang kau sebut kekuatan, Inu?” ledeknya.

“Sialan kau, Kurama Tengik! Akan kubungkam mulutmu itu! Hyaat!— SOUNGA!”

Detik itu, Kurama itu pun lenyap hancur seketika. Inu no Taisho terpaksa memakai pedang yang selama ini sulit untuk dikendalikannya, Pedang Sounga.

“Cih! Merepotkan!” decihnya dengan napas tak beraturan.

Pertahanan tubuh Inu-Taisho kian melemah. Perlahan, dia memperlihatkan wajah seram silumannya. Mata semerah darah, kuku tajam runcing muncul di kedua tangannya, dan dua taring panjang mencuat keluar dari mulutnya. Dia menggeram penuh kesakitan akibat efek kekuatan pedang Sounga.

Di tengah gelapnya hutan, Inu-Taisho bersandar di sebuah pohon. Matanya masih terbuka dan tubuhnya masih belum bisa dikendalikan.

Dua kilometer dari hutan, ada beberapa puluh bandit yang sedang asyik menebas sekelompok prajurit istana yang melewati hutan ini.

Kreeet! Crashhh!

Suara sayatan samurai itu terdengar sangat menakutkan bagi yang mendengar. Termasuk dengan sang Putri yang masih berada di dalam tandu.

“Tuan Putri, kau akan aman di sini. Percayalah! Prajurit kita pasti akan menang melawan mereka,” ucap seorang dayang yang berada di dalam tandu.

Sang Putri nan cantik jelita itu hanya bisa terdiam gemetar tak berani bersuara.

Tsrukk!

“Tuan ... Put ... ri ...."

“Aaaaa! Utabi!” teriak sang Putri saat sebuah samurai menusuk jantung si dayang-dayang tepat di depan matanya. Putri itu pun keluar dari tandu dan menangis histeris.

“Sang Putri akhirnya keluar juga ... haha!” Si Ketua Bandit tertawa, menyeringai mesum.

“Bos, apakah kita harus membunuh dia juga?” tanya anak buahnya dengan tawa main-main.

BAKA~ Aku tidak mungkin membunuh seorang wanita secantik ini. Putri, maukah kau menjadi istriku? Aku jamin, hidupmu akan lebih bahagia jika bersamaku,” tawarnya.

Sang Putri hanya bisa menangis memeluk lutut dan berharap seseorang menyelamatkan hidupnya.

URUSEI!”

Suara bariton seorang pria membuat sang Putri mendongak melihat apa yang terjadi di depannya.

Para bandit itu tewas seketika dengan leher putus seperti ditebas oleh samurai. Dia tambah terkejut saat seorang pria berambut silver dan memakai pakaian aneh berada di hadapannya. Mata merah, cakar tajam, dan taring mulai membuat sang Putri mengerti makhluk apa yang ada di depannya.

Sesshoumaru: Demon Dog Ruler of the Western Plains [ SLOW UPDATE ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang