Cerita ini nantinya mengambil latar The Untamed dan Mo Dao Zu Shi setelah peristiwa pemindahan jindan (Golden Core), beberapa bulan setelah Sunshot Campaign. Alur akan sedikit mengikuti Drama dengan banyak pengubahan.
.
.
.
Keheningan mencekam di dalam goa Xuanwu terusik, seorang pemuda dengan tergesa gesa berlari memasuki goa. Memanggil sebuah nama yang menjadi prioritasnya sekarang.
"Wen Ning?" Sosok pemuda yang sudah berada di dalam goa dari awal berbisik ragu.
"Tuan Muda, Anda harus segera pergi dari sini. mereka menemukan kita. Aku sudah tidak bisa menahan mereka lebih lama." Suaranya bergetar karena kehabisan oksigen. "Tuan muda... maafkan aku."
"Wen-"
"Sekarang...tuan muda...pergilah."
Bersamaan dengan itu, suara gemuruh langkah kaki memasuki goa terdengar. sosok kecil yang meringkuk di gendongan pemuda tadi bergetar ketakutan. Ragu ragu, dia menatap pemuda yang baru saja memintanya pergi. Dalam gelapnya didalam goa, dia masih bisa melihat kondisi Wen Ning yang cukup mengerikan.
"Tuan muda. Biarkan aku berkorban untukmu sekali ini dengan hidupku. Kau tau jalan keluar goa ini. Pergilah...Aku akan menghalau mereka utuk sementara."
Pemuda itu sudah pernah menjelajahi goa ini karena suatu kejadian saat dia masih muda. Tanpa menoleh lagi, dia berlari menuju jalan keluar. Disisi yang berlawanan, segerombolan orang yang baru saja masuk berusaha mengejarnya, namun harus menghadapi sosok yang dikenal sebelumnya sebagai jenderal hantu.
"Wen Ning, maaf... dan terimakasih." Pemuda itu tau. Tidak mungkin untuknya menang melawan mereka semua. Setelah pelarian dan pertarungan tanpa henti dalam beberapa bulan ini, tubuhnya melemah.
Di tengah kegelapan, dia melihat setitik cahaya diujung. Itu adalah pintu keluarnya. Dengan tenaga yang tersisa, dia memaksakan kedua kakinya berlari lebih cepat.
"Papa... sesak." Anak laki laki dalam gendongannya bergerak tak nyaman. Sedikit membuatnya kewalahan.
"Maafkan papa."
"Orang orang jahat itu menemukan kita? mereka akan menangkap kita?"
Pemuda itu tak menjawab. Dalam satu langkah terakhir dia berhasil mencapai pintu keluar. Cahaya matahari langsung menyapa kedua matanya. Hamparan luas hutan didepannya menyadarkan dirinya. Kini hanya dia dan anak dalam gendongannya yang tersisa. Semua keluarga dan orang terdekatnya sudah terbunuh dalam peperangan ini.
"Papa terluka... " Anak kecil itu bergetar ketakutan melihat keadaan papanya. Tubuh pemuda itu penuh luka dan darah segar maupun darah yang sudah mengering. Sebelumya, keduanya berada dalam goa sejak pemuda itu berhasil kabur dari pengejaran musuh, menunggu Wen Ning dan yang lainnya. Jadi tidak terlihat seberapa parah lukanya.
"Papa baik baik saja. Papa tidak akan membiarkan mereka melukaimu. Kau percaya sama papa kan?" Dia mengusap wajah anaknya yang sudah basah karena menangis. Tidak ada hal yang bisa dilakukan untuk menenangkan anaknya.
Berjalan kembali, tujuannya sekarang hanyalah satu tempat. Yiling.
Baru setengah perjalanan. Dia bisa merasakan langkah langkah yang mengejarnya dibelakang.
"Itu mereka. Kejar..."
"Jangan biarkan mereka kabur."
Dia bisa merasakan ketegangan disekitarnya. Seberapa cepat dia melangkah dengan kondisi tubuhnya yang sekarang, tak berapa lama kawanan musuh itu bisa mengejarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Kau dan Aku, Tidak Perlu kata "Terimakasih" dan "Maaf"
FantasySekembalinya Wei WuXian setelah didorong oleh sekte Wen di LuanZhang, bersama Jiang Cheng berhasil membangun kembali sekte Yunmeng Jiang. Semua berjalan seperti biasa sampai beberapa saat setelah itu, anak kecil yang tidak diketahui identitasnya ent...