Part 25. Aku, kamu, dan dia

352 59 18
                                    


Rahang pemuda berkaos oblong hitam itu mengeras. Sosok cantik di sampingnya sedari tadi mengamati perubahan ekspresi sang adik.

“Kenapa Dek?”

Maul menoleh, menatap gadis berhidung mancung yang benar-benar mirip dengannya. Seulas senyum dan gelengan menjadi jawaban Maul.

“Bohong. Mbak nggak suka dibohongin.”

Suara desah napas Maul terdengar.

“Sahla, ngabarin kalau Mamanya ngajak cowok lain buat makan siang bareng.”

Astagfirullah, mamanya Sahla punya berondong?”

Mata Maul membulat sempurna. “Bukan gitu, Mbak. Cowok ini tuh atasannya Sahla. Dia, aku curiga dia punya rasa sama Sahla.”

Bibir sang kakak membulat membentuk huruf O. “Ooh, kirain. Jadi, adik Mbak lagi cemburu nih?”

Maul menghempas punggung di kursinya dan memukul setir yang tak bersalah di depannya.

“Maulana Habibi Az Zukhruf kesayangan Mbak Ail. Sekarang, Mbak tanya. Kamu sayang Sahla?”

Maul mengangguk.

“Kalau kamu sayang dia, percaya sama dia. Yakinlah, misal dia memang belongs to you ya dia nggak akan kemana-mana. Mau ada anak presiden deketin dia, nggak akan ada efeknya. Dia bakal tetep jalan di jalurmu.”

“Mbak, ngomong itu gampang. Tapi jalanin susah. Aku udah tiga tahun nyimpen rasa buat dia, sekarang setelah aku jujur, ada aja halangannya.”

Ail terkekeh. “Kamu tahu, Mbak tujuh tahun nyimpen rasa buat orang. Dan nggak ada angin nggak ada hujan tiba-tiba dia chat Mbak duluan.”

“Yang namanya Abbas itu ya?”

Ail menggigit bibirnya seolah menahan senyum akibat salah tingkah saat sang adik menyebut nama pujaan hatinya.

“Mbak, emang dia serius sama Mbak?”

“Dia udah telpon Mami, kami videocall bertiga. Dia tiba-tiba nyeriusin Mbak. Ya, kenapa enggak. Makanya Mbak kabur ke sini. Mbak nggak mau lagi hidup sama Abi sama Ummi.”

Mendengar kata Abi wajah Maul menyiratkan hal berbeda.

“Mbak, Abi itu kayak apa?” tanya Maul tiba-tiba.

“Abi mirip sama kamu. Sama kita. Hidung ini, hidung Abi. Struktur wajah kita semua jiplakan Abi. Cuma, matamu beda. Matamu cantik kayak Mami.”

“Kenapa Abi nggak pernah mau ketemu aku Mbak?”

Denyut nyeri menyerang dada Ail, segera dia menggenggam jemari adiknya.

“Kenapa Abi nggak mau ngakuin aku anaknya Mbak?”

“Aul, kamu tahu, namamu, itu pemberian Abi. Bahkan jauh sebelum Mbak lahir, Abi bilang kalau udah nyiapin nama untuk anak laki-lakinya. Abi sayang sama kita kok, Mbak yakin, suatu saat nanti kamu bisa ketemu Abi.”

Dering ponsel Ail membuat sang wanita melepas genggamannya pada sang adik.

Assalamualaikum, Ail.”

Wa alaikum salam Mas. Kok belum tidur?”

Enggak bisa tidur. Kamu udah sampai di Solo kan? Apa kabar Solo?”

“Iya, Solonya baik. Tapi ada bocah yang lagi ditekuk mukanya. Nih,” ucap Ail sembari mengarahkan kamera ke arah wajah adiknya.

Oh, ada Maulana ya? Assalamualaikum, apa kabar Brother?”

ALLAH GUIDE ME (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang