Sinar Matahari mulai memasuki celah-celah rongga gua ini. Cahaya yang sedikit terang kini menerpa sosok wanita berkimono merah muda itu. Sang Putra Inu-Kimi sedikit terpesona oleh kecantikan wanita di hadapannya. Namun, dia lebih fokus pada sebuah jalan keluar dari gua yang mulai terlihat.“Wanita, siapakah dirimu?” tanyanya.
“Aku adalah Dewi Kahyangan yang sudah memberikanmu nama. Mulai saat ini, namamu adalah SESSHOMARU. Sekarang, tugasku telah selesai. Sampai bertemu lagi, Sesshomaru,” jawabnya. Sang Dewi Kahyangan itu langsung menghilang entah ke mana seiring hilangnya kekkai yang menyelimuti pintu keluar gua.
“Sesshomaru, kah? Sokkah ... watashi no Sesshoumaru,” ucap sang Putra Inu-Kimi menamai dirinya sendiri.
Tepat siang hari, Sesshoumaru pulang ke istana dengan ekspresi wajah yang sama, dingin dan datar. Seluruh dayang, pekerja istana, dan prajurit istana sibuk menyapa penuh kekhawatiran pada sang Pangeran kecil.
“My Lady! My Lady Inu-Kimi! Pangeran Kecil telah kembali!” umum Kizumi senang.
“Benarkah? Tapi ... aku tidak merasakan hawa kehadirannya? Benarkah itu putraku, Kizumi?” tanya Inu-Kimi ragu.
“Biar aku yang memeriksanya, Inu-Kimi,” ujar Inu-Taisho santai.
Inu-Taisho berjalan menyusuri istana dengan penuh kewaspadaan. Ketika melintasi area kolam pemandian kerajaan, dia melihat sesosok anak kecil laki-laki bersurai silver sebahu sedang berendam di kolam tersebut. Uap air panas yang mengepul mengikis memperlihatkan dengan jelas wajahnya. Tanda lahir bulan sabit ungu di dahi dan tiga garis ungu di kedua pipi memang kepunyaan Sesshoumaru, tetapi Inu-Taisho mencium bau yang berbeda pada sosok tersebut.
“KAU! Siapakah dirimu, Nak?! Bagaimana bisa kau memasuki istanaku!” pekik Inu-Taisho yang sudah memegang erat Tessaiga miliknya.
“Ciciue, kau tidak mengenali putramu ini? Atau ... sepertinya kau tidak merasa mempunyai seorang anak,” tutur Sesshoumaru kecil dengan nada dinginnya. Sesshoumaru langsung beranjak dari kolam dan memakai baju mandinya. Dia berjalan melewati sang Ayah begitu saja.
Anak ini sekarang berbau harum musim semi. Jauh berbeda dengan sebelumnya, yakni berbau kasturi seperti Inu-Kimi. Apa yang sebenarnya terjadi padanya? batin Inu-Taisho bertanya-tanya.
Kreet!
Sesshoumaru menggeser pintu shoji ruang santai tempat sang ibunda berada.
“Putraku! Kau sudah kembali! Youkatta! Kau ke mana saja, Nak! Kami mengkhawatirkanmu!” Inu-Kimi berlari dramatis, memeluk erat sang putra seraya menitihkan air mata.
“Aku habis dari hutan untuk melatih kemampuan bertarungku, Okaa-sama. Sepertinya, Okaa-sama salah besar tentang sosok Daiyoukai Inu-Taisho itu. Dia tidak bisa diharapkan untuk klan Inu Shiro,” ucap Sesshomaru dingin.
“KAU JANGAN PERNAH BERKATA TIDAK SOPAN DENGAN MEMANGGIL AYAHMU SEPERTI ITU, NAK!” berang Inu-Kimi marah besar. Dia selama ini selalu mengajarkan kepada putranya tentang tata krama dan sopan santun. Dia sangat benci mendengar perkataan putra semata wayangnya ini.
“Inu-Kimi, sebaiknya kita mulai upacara pemberian nama pada putra kita. Lebih cepat lebih baik, bukan?” Inu-Taisho muncul di belakang Sesshoumaru yang berada di pelukan sang ibu. Dia sepertinya ingin membuktikan sesuatu dari putranya ini.
“Baiklah kalau begitu. Kizumi! Segera persiapkan segala sesuatunya untuk upacara pemberian nama Pangeran Mahkota Inu Shiro!” perintah Inu-Kimi pada sang dayang kepercayaannya.
“Baik, My Lady.”
“Nak, Ibu sudah mempersiapkan sebuah nama yang pas untukmu. Sekarang, Ibu akan memakaikanmu kimono ini padamu.” Inu-Kimi memperlihatkan sebuah kimono berwarna ungu berukiran bunga sakura warna emas pada sang putra. Kimono ini adalah pakaian turun temurun dari klan Inu Shiro yang hanya boleh dipakai oleh keturunan klan saat acara pemberian namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sesshoumaru: Demon Dog Ruler of the Western Plains [ SLOW UPDATE ]
Fanfiction#2 in Sesshoumaru (12/10/23) Sesshoumaru .... Aku tahu itulah namaku .... Nama panggilanku .... Nama kebesaranku .... Sebuah nama yang akan mengalahkan nama besar ayahku ... Inu no Taisho. INFO⚠ PADA DASARNYA INI CERITA SAYA DENGAN JUDUL SEMULA 'SES...