Dedaunan terjatuh kering menguning. Seorang Putri masih saja terlelap bersandar pada pangkuan seorang pria.
“Inu-Taisho, apakah kau yakin lamaranmu akan diterima oleh ayahku?” tanya Izayoi.
“Tentu saja, Izayoi. Akan kulakukan apa pun itu agar kau dan aku bersatu,” jawab Inu-Taisho sambil membelai lembut helai rambut hitam Izayoi.
Dalam kehangatan yang begitu romantis, sesuatu tiba-tiba muncul ke permukaan. Hidung super tajam Inu-Taisho mencium adanya bahaya. Langit kini gelap gulita dan suara gemuruh terdengar dari arah utara. Buru-buru, Inu-Taisho berdiri tegak.
“Izayoi, aku pinta, kau jangan pernah keluar dari istana. Mengerti?”
“Hai?” Izayoi menelengkan kepala bingung mendapat permintaan itu. Terpaksa, dia menuriti meski tak tahu apa yang membuat Inu-Taisho resah. Dia hanya mampu merelakannya pergi lalu berdoa untuk keselamatan pria yang dicintai.
ISTANA BARAT
Oh, Putraku! Ke mana kau seminggu ini? Ibu mencemaskanmu, Sesshoumaru ....
Lamunan sang ratu klan Inu Shiro terpecah kala sang dayang datang membawa kabar buruk.
“Sumimasen, My Lady! Hamba hanya ingin menyampaikan bahwa saat ini ada sekelompok youkai tak dikenal memasuki wilayah teritorial kita,” ucap Kizumi.
“Kirimkan Panglima terbaik milik kita dan suruh mereka untuk bersiaga jikalau youkai itu berniat menyerang istana kita!” perintah Inu-Kimi.
“Tapi ... sepertinya youkai itu sangatlah kuat dan banyak, My Lady. Mungkin sebaiknya, kita mencari keberadaan Lord Inu-Taiso untuk melawan mereka,” sarannya.
Ketidaksukaan hadir di wajah Inu-Kimi. Dia bertutur dingin. “Kizumi. Apakah sekarang kau berani menasihati Ratumu ini?”
“Gomenasai, My Lady! Ha-mba segera melaksanakan perintah Anda!” Dengan terburu-buru serta takut, Kizumi melesat ke arah markas prajurit untuk menyampaikan pesan Inu-Kimi.
Usai kepergian sang dayang, wajah Inu-Kimi berubah sendu dan sedih. “Apakah aku harus memintanya kembali untuk melindungi istana ini? Apakah dia masih mau menginjakkan kaki di istana ini? Inu-Taisho, aku tidak habis pikir mengapa kau lebih memilih mencintai seorang ningen.”
***
Serbuk kuning keemasan yang begitu banyak menghiasi pepohonan hutan. Inu-Taisho tidak tahu makhluk apa yang dia hadapi. Setelah memperhatikan dengan seksama, jejak serbuk itu mengarah ke desa. Dengan cepat, Inu-Taisho terbang ke sana untuk mencari tahu.
Sesampainya di desa, Inu-Taisho tersentak dengan apa yang dilihatnya. Para penduduk desa menghilang meninggalkan kekacauan barang-barang yang telah hancur. Mengikuti wangi angin yang keluar dari serbuk itu, Inu-Taisho berjalan tenang, tetapi tetap waspada.
Sluurkk!
Untiran benang krem mengikat kedua kaki Inu-Taisho. Benang itu sangat kuat tidak bisa diputus.
“Youkai Inu, kah?”
Suara itu membuat Inu-Taisho tertegun.
“Youkai! Sebaiknya kau pergi dari daerah kekuasaanku ini!” usir Inu-Taisho menggeram memperingati.
Sang youkai yang masih bersembunyi tertawa pelan. “Benarkah begitu? Bukankah kau hanya menguasai dataran Barat saja?”
“Benar, tapi sebentar lagi daerah ini akan menjadi wilayahku!” sahut Inu-Taisho beralasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sesshoumaru: Demon Dog Ruler of the Western Plains [ SLOW UPDATE ]
Fiksi Penggemar#2 in Sesshoumaru (12/10/23) Sesshoumaru .... Aku tahu itulah namaku .... Nama panggilanku .... Nama kebesaranku .... Sebuah nama yang akan mengalahkan nama besar ayahku ... Inu no Taisho. INFO⚠ PADA DASARNYA INI CERITA SAYA DENGAN JUDUL SEMULA 'SES...