🥀 (1)

3.2K 230 23
                                    

Seberapa besar rasa cintamu terhadap kekasihmu, keluargamu, atau bahkan pasangan hidupmu? Seberapa besar ketulusan yang kau miliki hingga mampu bertahan sampai dititik ini? Dan satu lagi, seberapa besar rasa sakit yang telah kamu relakan agar hidupmu terlihat baik-baik saja. Hidup bersama orang yang kau cintai namun tidak berbalik mencintaimu. Tak apa tak perlu berharap timbal balik bukan?

Berharap hidupnya akan baik-baik saja setelah menikah, memiliki anak yang cantik serta tampan. Impian setiap orang, namun hidup tak selamanya berjalan sebagaimana mestinya yang kau mau, sering kali ditipu oleh kenyataan tak membuat wanita itu menyerah. Hatinya telah hancur, hidupnya sudah sangat berat. Tak apa pikirnya, namun jika boleh meminta apapun akan ia berikan demi mendapatkan kebahagian, meskipun harus menyerahkan nyawanya sekalipun. Ia akan melakukan itu. Menjemput kebahagiannya.

3 bulan bukanlah waktu yang lama namun terasa begitu berat baginya, mengganti statusnya menjadi istri seorang pria. Seseorang yang ia pikir akan menjadi malaikat dalam hidupnya, nyatanya itu hanyalah angan.

Tubuh wanita itu bergetar hebat, menangis dalam hening. melihat prianya sedang memakai pakaian yang sebelumnya berserakan dilantai. Tak ada air mata yang turun membasahi pipinya, diperlakukan bak barang ia sadar dirinya tak jauh berbeda dengan sampah. Merasakan jijik yang begitu mendalam pada dirinya sendiri, harusnya ia tak menerima permintaan wanita paruh baya yang tak lain adalah sahabat mendiang sang ibu.

"Kau pikir aku mencintaimu?"

wanita itu masih terduduk disudut ranjang, memeluk kedua kakinya, masih tak bergeming pada tempatnya.

"buatku kau sama saja dengan wanita jalang diluar sana yang hanya menginginkan uangku" melirik sekilas pada wanita yang masih menutupi tubuhnya dengan selimut tebal.

"Oii, jangan pikir bisa mendapatkan harta ku dengan gratis. meskipun ibu ku sendiri yang memintanya, ibu memang orang yang polos bisa tertipu pada gadis rendahan sepertimu."

Menatap nyalang pada wanita yang bahkan tanpa ekspresi disana, "jangan coba-coba untuk melaporkannya pada siapapun. Kau tidak punya siapa-siapa dan tak punya tempat untuk pulang selain disini, Hinata!"

Lalu pria itu pergi entah kemana meninggalkan ia seorang diri. Hinata merangkak secara pelan, mengambil satu persatu pakaiannya yang dibuang asal oleh sang suami. Ah bukan itu hanya status diatas kertas, tak lebih.

Memakai pakaiannya dan berjalan gontai menuju kamar mandi, ia merasakan sakit pada alat vitalnya nyatanya pria itu tidak pernah memperlakukan dirinya dengan lembut. Memaksanya melakukan hubungan intim saat dirinya belum siap, bermain dengan kasar. Bahkan membuat alat vitalnya lecet karna perlakuannya yang tidak begitu baik. Hinata bisa menerima itu karna ia hanya seorang istri, dan tugas istri harus menuruti setiap kemauan sang suami. Bahkan jika dirinya menginginkan agar Hinata mati, Hinata akan melakukan itu. Mati lebih terhormat daripada harus diperlakukan seperti ini setiap hari.

Hinata, seorang gadis lugu nan polos. Menjadi sebatang kara bukanlah kemauannya. Tak memiliki saudara untuk tempat bercerita, tak memiliki teman untuknya berkeluh kesah. Hinata menelannya seorang diri, sampai suatu ketika datanglah wanita paruh baya baik hati mengaku bahwa mengenal sang ibu Hyuuga Hikari, Hinata menyambutnya dengan senang hati.

Mengatakan bahwa dirinya punya hutang budi dan akan menebusnya serta membalasnya kepada Hinata, wanita itu hanya menginginkan dirinya menikahi sang putra. Hinata tak bisa menolak karna wanita itu begitu baik padanya.

Nyatanya hidup bak dineraka yang Hinata dapatkan, berharap menikah dengan pria baik yang bisa menerimanya ternyata ia jatuh ke dalam pelukan pria tak berhati.


🥀🥀🥀

Halooo.. aku publish ulang karena kemungkinan aku akan garap story ini ya..

Ditunggu saja karena masih ada beberapa bagian yang harus direvisi.

Sankyuu..

Painful love

Painful LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang