Malam ini Ayas dan Aira baru saja sampai rumah, setelah dari rumah Bunda. Seperti biasa mereka akan bergantian bersih-bersih terlebih dahulu lalu dilanjutkan dengan melaksanakan kewajiban masing-masing.
Biasanya Aira akan menyiapkan makan malam setelah melaksanakan kewajibannya, tapi karena tadi sudah makan di tempat Bunda jadi ia tidak perlu repot-repot menyiapkan makan malam untuk Ayas dan dirinya.
Malam ini adalah jadwal Ayas menyetorkan hafalannya. Aira tidak pernah menyuruh Ayas untuk menghafal al-qur'an, karena bagi Aira sudah bisa membacanya dengan benar pun itu sudah cukup. Tapi Ayas bilang dirinya ingin mencoba setidaknya hanya juz tiga puluh saja.
Aira mengerti dengan keadaan Ayas sekarang yang super sibuk, pasti sulit meluangkan waktu untuk menghafal, tapi Aira selalu melihat Ayas berusaha menghafal di waktu setelah sholat shubuh.
"Sekarang surah apa?" tanya Aira saat Ayas menyodorkan al-qur'an kecil miliknya.
"Surah al-insyirah. Satu surah dulu nggapapa ya, tapi nanti kamu jelasin kandungan dari surah ini" ucap Ayas yang meminta Aira untuk menjelaskan setelah ia membacanya.
Aira hanya mengangguk dan mulai menghadap Ayas dengan al-qur'an yang sudah di buka.
"Aku mulai ya" ucap Ayas dan Aira pun mengangguk.
"Bismillahirrahmanirrahim"
"Alam nasyrah laka shadrak"
"Wa wadha'naa 'angka wizrak"
"Alladzii angkadha dzahrak"
"Wa rafa'naa laka dzikrak"
"Fa inna ma'al 'usri yusraa"
"Fa idzaa-"
"Emm, bukan masih ada ayat sebelumnya" potong Aira membenarkan.
Ayas mengernyitkan dahinya dan sedikit mengingat.
"Oh iya. Inna ma'al 'usri yusraa"
"Fa idzaa faraghta fanshab"
"Wa ilaa rabbika farghab"
"Shodakaullahul adziim"
Sungguh indah bukan pemandangan ini. Mungkin kebanyakan di luaran sana istri yang menyetor hafalan pada suaminya, tapi berbeda dengan Ayas dan Aira.
"Nah, sekarang jelasin kandungan dari surah ini" ucap Ayas meminta untuk di jelaskan.
"Surah Al-Insyirah terkandung banyak sekali pelajaran yang bisa kita dapat. Dalam surah tersebut menceritakan bahwa Allah telah melapangkan dada Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam dari perasaan susah, gelisah, cemas, dan lain sebagainya. Karena pada saat itu Rasulullah shalallahu alaihi wasallam sedang berdakwah dan berhadapan dengan kaumnya yang mempunyai sifat keras kepala"
"Beban berat yang di rasakan Baginda Nabi kemudian Allah ringankan sehingga Baginda Nabi bisa menjalankan tugasnya untuk berdakwah"
"Nah, selanjutnya pada ayat ke lima dan ke enam, Allah menegaskan bahwa di balik kesulitan pasti ada kemudahan. Pernyataan yang diungkapkan Allah sampai dua kali tersebut membuktikan bahwa Allah hanya akan membebani hambanya sesuai dengan kemampuannya"
"Akan tetapi, kita sebagai manusia tidak boleh bermalas-malasan dan hanya menunggu keajaiban datang. Kita harus selalu tekun berusaha dan penuh kesabaran dalam melewati suatu kesulitan. Karena Allah akan menguji kita sesuai dengan kemampuan kita"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lebih Dari Seorang Ustadzah
Teen FictionBanyak cerita yang awalnya tidak suka tapi setelah lama selalu bersama rasa suka dan cinta pun mulai tumbuh. Apakah cerita itu juga akan terjadi pada seorang pemuda yang menjabat sebagai CEO di perusahaan nya dengan seorang wanita anak dari salah s...