22

1.9K 137 1
                                    

Varo mengerjapkan matanya, menyesuaikan cahaya matahari yang masuk kedalam rentina matanya. Sesaat kemudia ia menyadari jika ada yang janggal saat ia bangun tidur, seperti ada yang hilang. Sheilla, istrinya tidak ada dihadapannya sekarang.

"Shei! Sheilla!" panggil Varo mencari keberadaan istrinya.

"IYA VARO! GUE DI DAPUR" jawab Sheilla sedikit berteriak agar Varo dapat mendengar suaranya.

Varo bergegas melangkah ke arah dapur. Terlihat Sheilla sedang memasak sarapan dengan penuh konsentrasi.

Varo menghampiri Sheilla dan memeluk tubuh Sheilla dari belakang.

"Kenapa ngga bilang mau masak hm?" tanya Varo tepat setelah menopang kepalanya di bahu Sheilla.

"Salah siapa habis sholat shubuh lo malah tidur" jawab Sheilla

"Kamu masak apa?" tanya Varo memper-erat pelukannya

"Aku kamu?" tanya Sheilla sembari mengambil alpukat dan mulai memotongnya.

"Iya, kan udah nikah, jadi ngga boleh pakai gue elo lagi" jelas Varo meniup leher Sheilla.

"Awas Varo, geli" ucap Sheilla sembari berusaha melepaskan diri dari pelukan Varo.

"Ngga mau" jawab Varo bersikap manja

"Ih awas- aw awss" rintih Sheilla saat pisau yang digunakan untuk memotong alpukat tidak sengaja mengenai jarinya.

Varo terdiam awalnya terkejut, namun Bryan mengambil kesempatan itu untuk mengambil alih tubuh Varo.

Bryan dengan cepat mengambil kotak P3K lalu meraih jari Sheilla dan mengobatinya. Sheilla menatap wajah suaminya yang sangat tampan menurutnya. Mata, alis, rahang, hidung, ah tentu saja bibir dan semua yang ada pada diri Varo itu Sheilla suka.

"Makasih Varo" cicit Sheilla

"Saya bukan Varo" jawab Bryan

"Eh? Bryan?" tanya Sheilla memastikan

Bryan berdehem lalu membereskan kembali kotak P3K dan meletakkannya kembali ke tempatnya.

"Varo dimana?" tanya Sheilla menyusun roti sandwich dan meletakkannya di piring.

"Kamu ngga suka sama saya? Saya jug suami mu" sarkas Bryan dengan tatapannya yang tajam.

Sheilla menelan salivanya dengan susah payah, sejujurnya ia sangat takut dengan tatapan dan aura dingin yang dipancarkan oleh Bryan.

"Jangan natap aku kaya gitu, Sheilla ngga suka!" ucap Sheilla sedikit menekankan suaranya di akhir kalimat.

"Maaf" jawab Bryan

"Jadi, kapan saya bisa menghabiskan waktu denganmu?" tanya Bryan memandang kagum wajah Sheilla

"Mmm bagaimana jika dua hari? Dua hari bersama Varo, dan dua hari bersama kamu" jawab Sheilla tersenyum manis

"Baiklah, silahkan nikmati dua hari ini dengan Varo, saya tidak akan mengganggu kalian" ucap Bryan lalu seketika tubuh itu kembali di kuasai oleh Varo.

"Luka kamu? Belum di obatin, maaf ya?" kata Varo panik

"Udah gapapa, tadi Bryan yang obatin" jawab Sheilla membawa dua piring ke meja makan.

"Tadi Bryan ngomong apa ke kamu?" tanya Varo sembari mengambil garpu dan pisau makan.

"Dia tanya jadwal kalian berdua, aku jawab dua hari kamu, dua hari dia" jawab Sheilla mengambilkan segelas susu untuk Varo.

Varo mengangguk paham lalu segera mencicipi masakan yang Sheilla buat.

"Enak ngga? Maaf ya aku bikin sandwich aja, nanti aku masak yang lain sebelum makan siang, soalnya kata Mamah Arasha tuh Varo kalau pagi ngga suka makan nasi" jelas Sheilla

TRANSMIGRASI!  OVER PROTECTIVE?! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang