Setelah bel berbunyi Arin langsung bergegas pulang. Ia memilih untuk tidak singgah ke tempat lain dulu. Tubuhnya terasa lelah dan tidak sabar ingin diistirahatkan segera. Ia tampak bingung ketika melihat banyak motor yang sudah terparkir di rumah tetangganya yang sekaligus memiliki hubungan keluarga dengannya.
"Lho, rame banget di sana. Ada demo kali ya?" gumam Arin bingung.
Arin mengamati satu per satu motor yang terparkir di depannya. Sepertinya ia sama sekali tidak mengenal satu pun dari motor tersebut.
'Bodo amatlah, mending gue ke rumah dan ganti baju aja dulu,' gumam Arin membatin.
Ketika langkahnya sudah mencapai pintu rumah tampak olehnya seorang perempuan berusia sekitar empat puluh tahun menyusulinya. Perempuan itu adalah Tante Rosa.
"Assalamualaikum, Arin," sapa Tante Rosa berlari kecil menghampiri.
"Iya, Tan. Ada apa?" tanya Arin.
"Rin, bantu tante dong. Rumah sebelah ada banyak tamu dan tante sendirian," pinta Tante Rosa langsung menarik tangan Arin.
"Tunggu, Tan. Arin ambil jilbab dulu."
Sesampai di sebelah, Arin mendengar suara ribut dari ruang tamu. Tentu saja mereka sedang asik bercerita dan bersenda gurau sesamanya.
"Assalamualaikum," gumam Arin dengan suara pelan.
'Wow, rame banget. Untung aja gue masuk dari pintu belakang,' tutur Arin membatin.
Tante Rosa sudah menyiapkan teh dan berbagai macam makanan di atas tatakan. Ia menyuguhkan sebagian kepada Arin.
"Bantu tante bawa sebagian, ya," ujar Tante Rosa yang dibalas anggukan oleh Arin.
Arin langsung mengangkat tatakan yang berisi teh dan makanan itu. Ia mengikuti langkah Tante Rosa untuk membawa ke ruang tamu. Alangkah terkejutnya ia mengetahui bahwa tamu tantenya adalah kakak kelas yang seangkatan dengan Kak Arka.
"Assalamualaikum, permisi ya," ucap Arin yang menarik perhatian para tamu.
"Waalaikumsalam," sahut mereka serentak.
Tante Rosa meletakkan makanan yang dibawanya di atas meja dan perlahan mundur.
"Tante mau ke mana?" bisik Arin.
"Tante mau ke belakang dulu. Tante lagi masak, nanti makanannya gosong. Jadi, kamu bantu isi gelasnya sama teh yang ada di sini, ya," sahut Tante Rosa sembari menunjuk benda yang berisi teh hangat.
Arin tetap menahan tangan perempuan yang sedang bersamanya. Jelas terlihat bahwa Arin enggan untuk berada di ruang tamu seorang diri. Apalagi tamu mereka adalah kakak kelasnya.
"Udah, kamu di sini aja. Nggak papa kok."
Tante Rosa sama sekali tidak memedulikan penolakan Arin. Ia langsung kembali ke dapur untuk melanjutkan kegiatannya. Mau tidak mau, Arin langsung mengisi gelas kosong yang ada di meja.
"Arin, siap ini tolong ambil handphone abang di kamar, ya," ucap Bang Ihsan yang dibalas anggukan.
Arin bergegas membalikkan badan tanpa memperhatikan sekitar. Rasa malu membuatnya bergerak tak tentu arah.
"Aw," gumam Arin pelan mendapat tubuhnya menabrak tiang.
"Kenapa, Rin?" tanya Bang Ihsan panik menghampiri Arin.
"Nggak papa, Bang."
Arin berlari menuju kamar Bang Ihsan. Ia melupakan kejadian memalukan itu dan mencari handphone yang diminta oleh empunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lynella (COMPLETED✅)
RomanceKita tidak bisa memilih akan jatuh cinta kepada siapa. Kita tidak bisa memaksa bahwa semua impian harus terwujud. Kita juga tidak bisa berharap selalu ada untuk mereka yang tersayang. Cerita ini merupakan bagian dari perjalanan, petualangan, dan...