37: People is Full of Secrets

1.5K 283 134
                                    

CHAPTER 37
People is Full of Secrets

[Playlist: Choi Cheol Ho – The Witch & The Girl]

***

"Jaehyun, tak sadarkan diri. Tolong! Tolong aku! Tolong selamatkan suamiku!"

Tangan Mingyu menurunkan ponsel dalam genggaman dengan gemetaran usai sambungan panggilan diputus. Salivanya terteguk sedemikian sukar. Kaki hendak dibawa melarikan diri secepat yang ia bisa ketika menyadari gentingnya situasi, tetapi mata yang lebih dulu disuguhi dengan pemandangan sepasang manusia memasuki area pemakaman lantas menghambat niat Mingyu.

Seorang perempuan membopong subuket bunga di tangan, sementara seorang pria di sebelahnya berdiri tenang sembari menggenggam sebuah payung hitam.

"Kau datang lebih dulu, Asisten Kim?" Pertanyaan retoris melesat dari sepasang bibir merona milik Alice. Tiada pungkasan apa pun dari Mingyu. Atensi penuh tanya Alice lantas segera bergulir pada seorang perempuan yang berdiri tak jauh di belakang Pemuda Kim.

"Nona Kim? Bagaimana bisa kau berada di sini? Kalian datang bersama?"

Kepala Mingyu seakan terisi oleh benang-benang kusut yang sulit diurai ketika dirinya terjebak dengan situasi yang tak pernah tebayangkan akan terjadi seperti sekarang ini. Ia gamang dengan pemikiran yang bercabang-cabang. Di satu sisi, Mingyu ingin segera mengakhiri keberadaan dan melesat pergi menemui Rosé yang tengah membutuhkan pertolongannya. Di sisi lain, ia tak bisa membiarkan Alice berasumsi perihal ia dan Bona seenaknya.

Berkata jujur perihal mereka yang memang datang bersama, juga perkara status kekeluargaan yang selama ini dirahasiakan sebegitu rapat dari orang-orang. Setengah hati Mingyu tak menghendaki kedua tersebut diketahui Bona secepat ini. Pria itu belum mempersiapkan diri untuk dibenci oleh Alice dan Rosé jika tahu ia terlibat hubungan darah dengan wanita simpanan Jung Jaehyun.

Namun, mengatakan bahwa mereka hanyalah dua partner kerja yang sedang dalam fase pendekatan, Mingyu pun tak mampu mengatakan kebohongan semacam itu. Alhasil, lisan Pemuda Kim hanya berakhir beku.

"Kau tidak tahu?" Senyapan panjang mempersilakan suara berat Johnny menguasai ruang. Mata tajam pria jangkung itu menelanjangi Mingyu yang resah seraya seulas senyum miring diterbitkan oleh bibirnya tanpa segan.

"Mereka adalah saudara. Kakak-beradik yang terpisah begitu lama."

Demikian, sepatah kalimat yang diujarkan Johnny mengguncang seluruh jiwa manusia bernyawa di pemakaman itu. Alice menoleh. Bicara dengan sorotnya di saat setengah mulut yang terbuka tak mematah barang sekata, "Dari mana kau tahu?"

Tangan Mingyu terkepal erat. Sepercik amarah merambat, mencoba ia redam sendirian di dalam dada. Rahasia itu, ia memang telah berencana akan memberitahukan kebenarannya pada Alice, nanti dan bukan saat ini. Akan ia beritahukan sendiri, dan bukan melalui mulut orang lain apalagi mulut Johnny.

Cukup, selama bertahun-tahun lamanya Mingyu hanya menjadi pengamat gerak-gerik Johnny yang tidak manusiawi karena berasumsi bahwa ia tak berhak ikut campur. Namun, setelah mengetahui fakta bahwa Johnny berniat membinasakan Rosé, dan kini mengusik rahasianya, maka, detik ini secara resmi, Mingyu mengibarkan bendera perang terhadap Johnny tinggi-tinggi.

"Nunna."

Mata padam Mingyu tak beralih dari dua manusia yang di hadapan saat ia memanggil Bona. Sama sekali tak ada penjelasan untuk mereka. Ia hanya kembali bicara pada Bona yang masih mematung di balik punggungnya, "Ayo pergi!"

SILHOUTTE: After A Minute [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang