30

48 7 155
                                    

Bersamaan dengan adzan maghrib Zayn dan Virgie tiba di rumah Dinda, Zayn segera mengetuk pintu. Dinda yang hendak mengambil air wudhu mengurungkan niatnya, dan segera membuka pintu. " Mas Zayn ... Virgie ...." Dinda terkejut begitu mendapati Zayn dan Virgie berada di depan pintu rumahnya.

"Kak, antar aku ke rumah Kirana!" Tanpa basa basi Zayn segera mengajak Dinda ke rumah Kirana.

"Untuk apa, Mas?" Dinda bertanya sesuatu yang ia sudah tahu jawabannya.

"Aku harus bertemu dengannya untuk bertanya, apa maksud pesannya? ia mengatakan ingin mengakhiri hubungan kami, Kak!" jawab Zayn.

Dinda nampak iba. "Mas, pak Mardi itu salah satu orang yang ditakuti di desa ini!"

"Siapa pak Mardi? apa hubungannya dengan aku dan Kirana?" tanya Zayn.

"Dia calon suami Kirana!" jawab Dinda.

"Jadi Kak Dinda tahu tentang pernikahan itu?" tanya Zayn lagi.

"Aku baru tahu tadi, saat tidak sengaja melihat janur kuning di halaman rumahnya," jawab Dinda.

"Jadi rumah yang di hias khas hajatan pernikahan tadi rumah Kirana, Din?" tanya Virgie, mengingat ia sempat melewati rumah yang berhiaskan janur kuning.

Dinda mengangguk, Zayn juga sempat melihat posisi rumah yang disebutkan Virgie. Zayn pun segera berbalik, dan meninggalkan teras rumah Dinda.

"Zayn ..."
"Mas Zayn ..." Dinda dan Virgie nampak panik, dan segera menyusul langkah Zayn.

"Zayn, jangan ceroboh!" tegur Virgie.

"Aku tidak akan membiarkan Kirana menikah dengan pria lain, Vir!" saut Zayn. Seketika Virgie merasakan nyeri di dadanya karena besarnya cinta Zayn untuk Kirana. Sedang Dinda membayangkan, andai ia dipertemukan dengan Rizky sebelum ia menikah dengan Imran, akankah Rizky berusaha menggagalkan pernikahannya dengan Imran?.

Zayn sudah melanjutkan langkahnya, meninggalkan 2 wanita yang sibuk dengan pergulatan batinnya.
Keduanya segera menyusul setelah sadar dari lamunan masing-masing.

Langkah Zayn yang tergesa dengan Virgie dan Dinda yang berusaha menghentikannya sudah tiba di halaman rumah Kirana yang sedang sepi karena maghrib.

Tok,tok,tok—Zayn mengetuk pintu sembari berteriak tak sabaran. "Kirana, ini aku ... Keluar, Ran!"

"Astaga Zayn, kau gila ya?" Virgie mengomel.

"Mas, ini di desa ... jangan membuat keributan!" Dindapun ikut menegur.

Zayn mengabaikan keduanya dan terus mengetuk pintu rumah Kirana. Ayah Kirana membuka pintu, diikuti ibu Kirana dan Kirana. "Paklik Husen, maaf membuat keributan. Ini adik iparku dari Jakarta." Dinda segera menengahi. "Mas Zayn ini temannya Kirana juga!" sambungnya.

Pandangan Zayn dan Kirana saling beradu, namun Kirana enggan berlama-lama. Ia segera menunduk karena tak kuasa menatap mata kekasihnya yang siap mencincang dirinya karena telah mengkhianati cinta mereka.

"Aku harus bicara dengan Kirana!" Zayn segera menyela.

"Kirana?" Pak Husen ingin mendengar persetujuan putrinya.

"Izinkan aku bicara dengan Kak Zayn, Yah!" ucap Kirana.

Husein melihat ada sesuatu di antara putrinya dan Zayn, iapun memberi izin. "Silahkan masuk!" Husein mempersilahkan Zayn, Dinda, dan Virgie masuk ke rumahnya.

"Bu, ajak Nak Dinda dan temannya ke ruang tengah!" Pak Husein nampak bijaksana memberi kelonggaran untuk Zayn dan Kirana berbicara. Diapun ikut meninggalkan Zayn dan Kirana setelah Ibu Kirana mengajak Dinda dan Virgie ke ruang tengah.

Mengikuti TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang