"Jadi ketua yang baik."
Benar, Wilson menjadi ketua OSIS yang baik. Dengan segenap jiwa mempimpin tim untuk melaksanakan tugasnya. Kerennya, Wilson benar-benar tidak ada mengode Willa. Tetap fokus pada tujuan.
Sekarang, jadi Willa yang sedikit menyesal. Di sisi lain dia merasa lebih lega karena tak ada lagi rumor mengenai dirinya yang selalu dibilang, "fake" atau palsu.
Willa tetap baca buku di perpustakaan, di kelas, dan di rumah. Tanpa perlu memikirkan perkataan mereka. Sederhana, tinggal tutup telinga dan menjauh dari mereka yang suka mencerca. Bertingkah tak peduli lebih baik daripada bertingkah melawan untuk membuat lawan sakit hati. Semua akan aman pada tempatnya.
Kecuali jika Wilson sendiri yang mulai berulah, mulai lupa diri, dan lupa teman. Entah karena sibuk atau apa, semenjak berteman dengan kesibukan organisasi, Wilson sudah tak pernah menyapa Willa.
Sudah tak pernah lagi mengirim chat basa-basi, tak pernah membelikan Willa camilan, apalagi buku. Sudah. Ya, berhenti.
Mungkin sibuk. Willa menekankan kalimat itu. Mungkin Wilson sibuk sampai menyapa saja tak mau.
Namun, ketika sepulang sekolah, mereka tak sengaja berpapasan. Wilson di sebelah kiri, berjalan menuju ruang OSIS, sedangkan Willa di sebelah kanan, berjalan menuju gerbang utama sekolah.
Dan Wilson, tidak menyapa!
TIDAK MENYAPA.
Willa kontan menoleh ke arah laki-laki yang berjalan cepat menuju ruang OSIS itu. Kacamatanya tak dipakai.
Willa masih berusaha berpikir positif, mungkin memang Wilson tak lihat. Sabar, Willa sabar. Willa memanglah orang yang paling suka menekankan Wilson untuk tidak mendekat dan jangan sampai rumor mereka ini menjadi fitnah besar. Namun, didiamkan oleh Wilson sampai terasa asing ternyata memang terasa tak enak. Ada yang hilang.
Sudah menjadi kebiasaan Willa. Gampang nyaman, juga gampang risi. Setelah ada perubahan, dia malah menyayangkan sesuatu yang sudah pergi. Kemudian berujung suudzon tidak karuan sampai kecewa sendiri. Padahal, di sisi lain, orang yang melakukan itu kepadanya biasa saja dan menganggap itu memang permintaan Willa, jadi tak ada rasa bersalah. Willa saja yang berlebihan responsnya terhadap suatu perubahan.
Willa pun mengikuti Wilson melangkah ke ruang OSIS.
"Wilson!" Tania menyambut dengan heboh dan tangan terbuka.
Tanpa merasa berdosa, Wilson memeluk Tania ketika baru saja masuk ke dalam ruang OSIS.
Ciah, Willa merasa panas. Kontan berbalik dan meninggalkan ruang OSIS tanpa keinginan untuk menonton pertunjukkan itu lebih lama.
"Oh jadi gitu, cepet banget ya move on-nya," gumam Willa. "Eh, ngapain gue cemburu? Kan, dia udah berkali-kali gue tolak. Dasar Willa! Coba nggak usah kepikiran gitu habis memutuskan sesuatu. Kan, lo sendiri yang nyuruh Wilson buat fokus. Tuh, liat, tuh, Wilson jadi terlalu fokus! Ampe kepincut sama Tania liar itu."
= Because I'm Fake Nerd! =
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I'm a Fake Nerd!
Teen FictionWillana Miranika, si gadis halu yang suka baca buku. Minimal, sehari dia bisa membaca tiga buku sampai selesai. Kerjaannya halu dan selalu bilang, "Seandainya begini, seandainya begitu." Wilson Mardagasa wakil ketua OSIS yang sebentar lagi akan dica...