41 - Aduh, Gatel!

389 102 9
                                    

Willa sadar alasan mengapa Wilson memilih dirinya sebagai doi. Ternyata setelah beberapa tahun kemudian baru diketahui bahwa kakak Wilson lebih rempong, lebih berisik, bahkan tak seakur yang Willa kira. Wajar saja Wilson lebih suka di sekolah lama-lama, wajar saja jika Wilson menyukai Willa yang 'agak' berbeda dari kakak-kakaknya.

Willa memang suka buku, tapi tak seperti kakak Wilson, Firdalia yang ambisius tingkat tinggi. Willa juga terbilang santai, simpel, dan apa adanya saja sudah. Tak lagi seperti saat dia bersama Gardi, bucinable dan sangat-sangat ribet di segala bidang.

Willa dulu merasa harus bisa semua skill terkait perempuan, tanpa memperhatikan seberapa batasan kemampuan dan uang yang dia miliki, berujung ribet dan rumit tak terkira. Lihat perempuan lain bisa masak, Willa gas saja sampai kehidupan Chef Renatta Moeloek pun diikutinya, tapi tak kuat. Lihat tetangga beli tas cantik nan branded, Willa ikutan, walau dompet orang tuanya cekat. Lihat teman-teman memakai OOTD mahal, Willa paksa ikut beli juga. Karena tak mampu, jatuhnya, ya setengah mati.

Sekarang, lebih ke let it flow. Ikuti saja alurnya. Usaha boleh yang terbaik, kalau memang tak bisa, ya sudah, tak usah terlalu dipaksa hingga menyiksa. Gardi pergi? Ya sudah, Willa tak usah segitunya memaksa harus seperti Gigi Hadid setiap saat. Toh, ya, masih muda. Masih banyak pemuda di luar sana, yang bisa menerima Willa, yang pasti bukan fiksi, ups.

Willa pun pulang ke rumah setelah mendengar perdebatan mengerikan di rumah Wilson. Tepat di atas meja belajar, dia menemukan camilan yang Wilson berikan tadi dan sebuah buku baru berjudul "Rusak Saja Buku Ini".

Willa tersenyum. "Kok lo sweet banget, sih? Nyebelin ah."

Willa bilang Wilson menyebalkan, tetapi buku itu akhirnya dia buka juga dan dia baca. Gadis berpita biru malam itu benar-benar mengikuti segala instruksi yang ada di buku sampai rusak dan puas.

Willa segera meraih ponsel dan mengirim chat ke Wilson. Namun, hanya centang dua yang tak kunjung biru. Dia beralih menekan fitur telepon, tetapi ditolak. Haduh, kalau Wilson yang sesabar itu menghadapi Willa saja sudah marah, maka Willa harus berhati-hati.

Keesokan harinya, Willa berdiri di depan pagar rumah Wilson sebelum berangkat ke sekolah.

"Berangkat bareng?"

"Duluan aja, gue ada urusan sama OSIS," balas Wilson sambil kembali mengunci pagar.

Willa mencoba sabar. Di kelas, dia langsung menghampiri Tania dan bertanya, "Kenapa kemarin peluk-peluk Wilson?"

Gebi dan Chelsea yang sedang damai terkejut melihat drama pagi hari. Kelas sedang ramai pula. Ini akan menjadi gosip yang mantap.

"Kenapa memangnya? Cemburu?" Tania tertawa. "Aduh Willa-Willa, santai aja kali. Wilson itu, kan, emang pelukable."

"Tapi yah nggak sampai di ruang OSIS juga."

Gebi mengaga. "Ehm, Will... daripada lo entar slek sama dia terus alur cerita idup lo makin muter kayak sinetron, mending baik-baik aja deh ngomongnya."

Willa menghela napas. Benar juga kata Gebi, bisa kepanjangan alur cerita hidup friendzone-nya ini. Dia menghela napas kedua kalinya. "Sorry Tan, gue kelepasan tadi. Serah lo, deh mau gimana sama anak itu. Asal lo jangan nyakitin dia aja nanti."

Tania tertawa lagi.

Memang ada karakter orang yang ketika orang sedang serius, dia malah tertawa meremehkan, padahal tidak lucu. Menurut Willa, orang begitu tetap biarkan saja.

Tania akhirnya berhenti tertawa. "Liat aja nanti," katanya sambil berjalan keluar dari kelas, menghindari perdebatan.

Willa berdecak. Tak lama dia menggaruk kepalanya sambil berkata, "Aduh, gatel!"

Tania berhenti melangkah dan menoleh sebentar dengan alis berkerut.

"Kepala gue," sambung Willa sambil terus menggaruk kepalanya. "Gatel beneran."

Tania kembali berjalan sambil tertawa.

Willa hanya dapat berharap semoga tahun depan mereka tidak sekelas lagi. Cukup sudah, Willa malas berteman orang yang sengaja masuk organisasi hanya karena terobsesi mencari pacar. Willa lihat, alasan Tania gabung OSIS selama ini ya karena ingin menjadi pacar Wilson. Makin pusing saja kepalanya.

Buku, mana buku?

= Because I'm Fake Nerd! =

Aku akui, cerita ini memang nggak jelas karena digarap setengah hati dan setengah serius wohoho. Hopefully ya kalian terhibur aja gitu, soal penulisan dll, no hard feeling aja yao. Thanks!

Because I'm a Fake Nerd! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang