"Aku masuk ke rumah itu saat usiaku tiga belas tahun." Hanah memulai ceritanya. Isi kepalanya kembali mengingat, memutar waktu ketika usianya masih tiga belas tahun. Saat itu seorang remaja laki-laki yang usianya lebih tua tiga tahun darinya sedang mengulurkan tangan kanan ke arahnya. Sementara itu, sebuah senyum lebar melengkung di wajahnya.
"Aku Pram Setiabudi. Senang berkenalan denganmu, Hanah."
Awal mulanya, Hanah merasa canggung dengan kehadiran kakak dan papa barunya. Setiap dia membuka mata pagi hari, langit-langit kamar yang asing menyambutnya. Namun, dia mulai merasa nyaman ketika papa tirinya menyulap langit-langit kamarnya sehingga Hanah bisa tidur dengan nyenyak. Sejak saat itu, Hanah jauh merasa lebih baik. Apalagi melihat keharmonisan mama dengan papa barunya. Kali itu Hanah yakin, bahwa yang selama ini dilihatnya adalah sesuatu yang salah dan ketika mamanya memutuskan hidup baru, dia mendukung dan menghargai keputusan mamanya itu.
Hanah merasa hari-hari di depan matanya terlihat jauh lebih bersinar. Kesuraman dan kegelapan yang selalu menghantuinya mulai menghilang. Tetapi, ketika dia menginjak usia tujuh belas tahun, rupanya Hanah harus menghadapi mimpi buruk keduanya.
Mimpi buruk Hanah yang pertama adalah tentang ketidak-harmonisan hubungan kedua orang tua kandungnya. Mimpi kedua rupanya berbentuk kakak tirinya itu. Kakak tirinya selalu bersikap manis padanya. Namun, dia mulai merasa sikap Pram berlebihan. Saat itu, Hanah baru saja berpacaran dengan seseorang. Tapi Pram melakukan hal yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya.
"Maksud kak Pram apa mendatangi William siang ini?!" sahut Hanah dengan nada tinggi. Emosinya meluap-luap karena hubungan dengan pacarnya, yaitu William, harus berakhir. William terpaksa memutuskan Hanah karena dia merasa tidak nyaman dengan sikap Pram.
"Dia itu laki-laki bajingan! Kakak nggak suka kalian bersama!" bentak Pram tak kalah keras. Beruntung keduanya saat ini sedang berada di dalam kamar Pram sehingga suara keributan pertengkaran mereka bisa teredam sedikit.
Hanah merasa alasan kakak tirinya itu sangat tidak masuk akal. William yang dia kenal tidak seperti kata-kata Pram. Hanah melontarkan kata-kata tidak terima dan membanting tas ranselnya ke lantai dengan keras. Air mata juga mulai mengumpul di pelupuk matanya. Kedua bola matanya melotot ke arah Pram.
"Hanah, dengarkan kakak..." Pram mulai membujuk Hanah. Tetapi, Hanah memilih untuk berbalik dan pergi dari kamar Pram. Dia membanting pintu di belakangnya dengan keras. Mulai dari situ, Hanah tambah merasa sikap Pram semakin aneh padanya.
Terkadang Pram menggenggam tangannya terlalu lama, terkadang tangan laki-laki itu merangkul pundak Hanah kencang, terkadang pula Pram memeluk dan membelai punggung Hanah dengan sangat mesra. Lama-kelamaan Hanah menyadari arti sikap kakak tirinya itu. Pram melihatnya bukan sebagai seorang adik... melainkan sebagai seorang wanita. Seorang wanita yang dia cintai.
Begitu menyadari hal ini, Hanah merasa isi perutnya bergejolak seperti habis melakukan perjalanan yang memabukkan akibat jalan menanjak dan berkelok-kelok. Gadis itu berlari ke arah kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya. Bukannya merasa membaik sesudahnya, tetapi Hanah justru merasa lebih buruk.
'Aku harus segera pergi dari rumah ini.' Pikiran gadis itu berkecamuk. Berbagai rencana dia pikirkan seketika. Cara agar dia bisa meninggalkan rumah yang berubah menjadi neraka dalam sekejap mata. Di tengah pikirannya yang kacau, bahkan terlintas sesaat sebuah kemungkinan bahwa Pram sudah menyukainya jauh sebelum ini. Hal itu membuat bulu kuduknya berdiri. Rasa mual kembali datang dari perutnya. Dia berusaha keras membuang pikiran-pikiran itu dari kepalanya. Baginya yang terpenting adalah meninggalkan rumah ini agar tidak bertemu Pram lagi. Hanah ingin kabur dan menghidar dari kakak tirinya itu!
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Behind Marriage (Completed)
RomanceBagi Sam, Hanah adalah alat yang ia perlukan untuk membuat kakek memilihnya menjadi penerus bisnis keluarga. "Buktikan pada kakek bahwa kamu bisa membentuk sebuah keluarga. Dengan begitu, kakek akan membuat kamu menjadi penerus satu-satunya bisnis k...