Ada banyak hal yang dapat menjadi kenyataan di dunia ini, tapi tidak pernah bagi Ji Hyun.
Ji Hyun ingin uang untuk melunasi hutang-hutangnya, tapi dia tidak mendapatkannya.
Ji Hyun ingin kekasih yang setia sebagai sandaran, tapi kekasihnya pergi meninggalkannya demi wanita lain.
Ji Hyun ingin memiliki keluarga yang menguatkannya, tapi adiknya bahkan membuatnya semakin menderita.
Dan, Ji Hyun ingin mati, tapi itu juga tidak terwujud.
Saat ia berusia belasan tahun, ia mempercayai bahwa petuah "berusahalah semaksimal mungkin, hasil tidak akan memghianati usaha". Persetan dengan itu, hasil yang diterima selalu berbalik memghianati Ji Hyun.
Dia bekerja siang dan malam, tapi bahkan uang yang ia kumpulkan tetap tidak bisa untuk melunasi hutang-hutangnya.
Dia memperlakukan kekasihnya dengan sangat baik, uangnya, waktunya, tubuhnya, dan segala usaha menjadi kekasih "terbaik" tetap tidak membuat kekasihnya tinggal.
Dia juga berusaha menjadi kakak yang baik untuk adiknya, namun dengan mudahnya adiknya memghianatinya dengan meninggalkan banyak hutang untuknya dan ayah ibunya.
Pun, saat ia ingin mengakhiri hidup, bukannya mati, ia justru semakin sekarat dengan disa nafas yang terputus-putus di ujung rongga pernafasannya.
Hingga akhirnya, sekitar 2 bulan yang lalu, disaat Ji Hyun lagi dan lagi ingin mengakhiri hidupnya di atas jembatan penyebrangan Distrik Hannam, manusia berlabel pahlawan menyelamatkannya.
Saat itu, pria dengan hoodie dan celana pendek, sedang dalam perjalanan pulang dengan menikmati sebatang nikotin disela-sela mulutnya. Pria itu tidak mencegahnya, juga tidak menyelamatkannnya dari maut, dia hanya berkata hanya ada dua kemungkinan saat Ji Hyun melompat kebawah dari ketinggian 30 meter tersebut, "entah kau akan berakhir mati, atau justru lumpuh dan semakin menyedihkan".
Maka, Ji Hyun memilih opsi tidak jadi melompat. Bagus jika itu mati, namun jika lumpuh dan sekarat, siapa yang akan menanggung biaya pengobatannya?
Ah lagi, lagi misi mengakhiri hidup gagal. Dan Ji Hyun kembali menjalani hari-harinya yang sangat berat.
Sampai seminggu sejak kejadian itu, Ji Hyun bertemu lagi dengan pria itu, yang akhirnya dia ketahui namanya adalah Park Chanyeol.
Park Chanyeol adalah director di sebuah perusahaan industri musik. Sangat tidak sengaja. Chanyeol memesan makanan dari kedai makan keluarganya, dan Ji Hyun mengantarkan makanan tersebut hingga ketempat kerja Chanyeol.Intensitas pertemuan mereka semakin sering, karena Chanyeol bahkan memesan layanan pengantaran makanan 3-4 kali dalam seminggu. Ji Hyun muak, bercampur malu.
Sesekali selama pengantaran makanan, mereka berbincang. Lebih banyak tentang sindirian.
Sampai akhirnya pertemuan mereka menjadi janji temu untuk pergi minum di kedai kaki lima. Soju, ramyeon, dan sundae. Sekali, dua kali, dan terus terulang.
Chanyeol adalah orang yang banyak bicara, banyak bercerita, banyak ingin tahu, tapi dia bukan orang yang ingin mengungkit masalah hidup orang lain.
"Chanyeol, apa kau tidak penasaran?"
Ini adalah pertemuan mereka yang kesekian dan tidak sekalipun Chanyeol menanyakan alasan Ji Hyun ingin melompat dan bunuh diri.