"ESTHER ESHTER COWOK LO, THER" teriak seseorang yang tak lain adalah Arin dan Raline, sahabat esther.
fokus gadis yang sedang menyalin ulang catatan materi yang tadi diberikan itu terbuyarkan ketika sahabatnya berteriak, ia mendengus kesal sebab selalu saja mereka mengagetkannya.
"aduh Arinn, Raline ga usah teriak gitu aku denger kok"
"ada apa sama liam? " sambungnya
"sorry sorry tapi ini gawat darurat, cowok lo tadi ribut lagi sama haidar sekarang liam di kantin sama temen-temennya" perkataan tersebut membuat esther bangkit dari posisi duduknya lalu segera bergegas keluar kelas.
***
Esther berlari menuju kantin, tidak jarang dia menabrak seseorang. Dia sangat khawatir sekarang, kaki jenjang itu kini sampai di area kantin yang sangat ramai pasalnya sekarang sudah jam istirahat.
Esther melihat sekeliling, mencari keberadaan liam. Matanya menangkap keberadaan liam yang sedang duduk bersama teman-temannya di pojok kantin dengan keadaan yang cukup berantakan khas habis berkelahi.
Esther melangkahkan kakinya mendekat ke arah meja liam, kekasihnya. Kemudian mendudukan dirinya di kursi kosong lalu menatap wajah liam lekat-lekat yang terdapat luka diduga dampak berkelahi dengan haidar beberapa saat lalu.
"Apa? mau marah-marah? marah-marah nya nanti aja gue cape" sinis liam, membuang muka saat esther menatapnya. Kalah, liam kalah kala esther menatapnya seperti ini.
"Apa deh kamu ngomongnya. Aku engga marah, ayo ke uks dulu aku obatin lukanya" Esther meraih tangan liam, mengajaknya untuk pergi ke uks.
***
Dengan telaten esther membersihkan luka yang ada di wajah liam sambil sesekali menekankan kapas yang sudah diberi obat merah itu pada wajah liam.
"Sshh, aw sakit, essy" sang empu meringis pelan akibat rasa nyeri ketika kapas yang diberi obat merah tersebut menyentuh luka yang ada di wajahnya.
"Katanya sakit tetapi hobinya nyiptain luka mulu" cibir esther, cukup kesal. Pasalnya lelaki itu selalu saja membuatnya khawatir akibat luka yang ada di tubuhnya.
"Ck dia nya lah nyari gara gara terus, hobinya rendahin perempuan. Ga nyadar kali ya dia lahir dari rahim seorang ibu, bodoh emang"
"Sekarang gue tanya, ada ga cowok yang ga marah perempuan kesayangannya di rendahin gitu? mama gue itu ibu yang hebat, ibu yang berhasil ssy" lanjut lelaki tersebut sambil menatap esther yang masih berusaha membersihkan luka pada wajahnya.
sorot mata itu, teduh tapi rapuh. esther tau bawa lelakinya ini sedang rapuh dia butuh pundak untuk sekedar bersandar, dia butuh rumah untuk berteduh, untuk mendengarkan keluh kesahnya.
"Iya, mama liam itu mama yang hebat mama yang berhasil, udah lahirin anak yang hebat juga kaya kamu. Liam jagain terus ya mama nya."
"Liam, hari ini ada cerita apa aja? ada yang mau di ceritakan?" lanjut esther yang kini menatap netra hitam milik liam dengan senyum yang indah, paling indah bagi liam setelah mama nya.
***
Sore itu, tepatnya di tepi pantai, dimana liam dan Esther berada sekarang. Di sekelilingnya cukup ramai, banyak orang yang ingin menyaksikan senja. Begitupun dengan dua insan itu, Esther dan Liam. Selepas pulang sekolah tadi liam mengajak esther pergi ke pantai untuk melihat senja, katanya.
Liam, lelaki itu kini sedang tidak baik-baik saja tapi enggan membuka suara. Sudah cukup lama mereka berada di hamparan pasir pantai namun lelaki tersebut masih enggan membuka suara. Sampai akhirnya esther lah yang mencoba membuka percakapan.
"Liam, ada yang mau diceritain? Liam jangan diem aja, cerita sama esther. Jangan sedih sendirian""Essy, hari ini cukup berat bagi gue" Liam, lelaki itu menoleh pada esther.
"Berat sy, tapi beratnya ilang soalnya gue udah liat senja dan denger suara ombak bareng lo. Tenang banget sy, selain mama sama lo ada juga perpaduan suara ombak dan senja yang buat gue tenang. Kaya masalah gue ditarik sama ombak dan digantikan oleh ketenangan seperti malam hari setelah senja" lanjut lekaki tersebut kembali mendengarkan teraturnya suara ombak dan memandangi langit yang kini sudah berwarna jingga tanda bahwa sudah senja.
Perpaduan suara ombak dan senja itu bagus, liam sangat menyukainya. Itu membuatnya lebih tenang, membuat masalah yang ia lalui sedikit melebur. Ditambah kini ada salah satu perempuan kesayangannya menemani lelaki itu. Ini perpaduan yang sangat indah dan menenangkan.
Liam, lelaki yang sebenarnya rapuh tapi berusaha tidak menunjukannya pada orang-orang. Lelaki yang penuh banyak kejutan, lelaki yang butuh rangkulan, lelaki kesayangan mama nya dan Esther. Liam Sagara Carlos.
***
To be continue
L loml<3
KAMU SEDANG MEMBACA
JUMANTARA
Teen FictionLiam, lelaki penyuka senja dan ombak yang sedang mencari kebahagiaannya. Bagi Liam, mama adalah hidupnya. Wanita yang berhasil berjuang membesarkannya. "Mama gue itu ibu yang berhasil, ibu yang hebat. Emang salah kalau beliau memilih untuk fokus mem...