25

1.8K 134 1
                                    

"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Bryan dengan sorot mata yang tajam.

"I-itu, em anu aku ngga tau" jawab Sheilla pelan, tidak mungkin Sheilla akan mengatakan hal yang sebenarnya.

"Saya khawatir" kata Bryan

"M-maaf telah membuat suamiku khawatir" ucap Sheilla dengan nada yang sendu

Bryan merasa ada sesuatu yang menyeruak di hati, ada sedikit penyesalan karena telah bersikap dingin pada Sheilla. Namun dengan segera Bryan mengubah raut wajahnya menjadi datar kembali.

Sheilla sedikit tersenyum melihat perubahan di wajah Bryan, bagaimanapun juga Sheilla percaya jika Bryan tidak sekasar dan seburuk yang dibicarakan orang yang mengenalnya.

Sheilla juga kadang akan berbicara dengan bahasa baku saat bersama Bryan, untuk menyesuaikan dan agar Bryan merasa nyaman jika di dekatnya.

Keduanya sama-sama terdiam, sampai seorang suster datang memasuki ruangan rawat inap Sheilla.

"Permisi, ini makanan pasien" kata suster mengantarkan makanan untuk Sheilla.

Bryan mengambil makanan itu dan meletakkannya di meja. Lalu memutar meja tersebut dan mendorongnya tepat sampai di hadapan Sheilla.

Sheilla tertegun, berusaha untuk duduk namun terasa begitu sulit dan lemas. Bryan yang peka langsung membantu Sheilla mengubah posisi tempat tidur menjadi posisi duduk.

Bryan langsung menyuapi sedikit demi sedikit makanan yang telah di siapkan, tanpa berkata apapun.

Iya, Bryan adalah tipe orang yang banyak bertindak tapi sedikit berbicara. Jadi tak heran jika Bryan langsung bertindak seperti itu.

Uhuk

Sheilla tersedak makanannya sendiri.

Bryan dengan segera mengambil segelas air dan membantu Sheilla untuk meminumnya.

"Udah ya?" pinta Sheilla, sebab perutnya sudab terasa mual dan ingin muntah

"Dua hari koma, apakah hanya segitu daya tampung lambungmu?" tanya Bryan

"D-dua hari?" tanya Sheilla tidak percaya. Pantas saja begitu banyak alat yang tertempel di tubuhnya.

Bryan berdehem dan kembali mengambil sesendok bubur dan mengrahkannya ke mulut Sheilla.

Sheilla menutup mulutnya rapat-rapat, enggan memakan bubur itu.

"Ck!" kata Bryan lalu menyingkirkan makanan itu dengan sedikit kasar.

Sheilla lupa jika Bryan adalah cowo yang tempramen. Hal itu sontak membuat Sheilla terkejut atas tindakan Bryan.

'Prak' terdengar suara benturan dari alat makan yang Bryan singkirkan.

"M-maaf" cicit Sheilla menahan air matanya.

Bryan yang melihat Sheilla akan menangis segera membawa Sheilla ke dalam pelukannya, sambil mengatur amarah Bryan sendiri agar sedikit mereda.

"Jangan gitu, aku takut. Maaf aku malah buat kamu repot, harusnya kita lagi senang-senang, ngga disini" ucap Sheilla mempererat pelukannya.

Bryan tidak berkata apapun, tanganny terus menerus mengusap pelan punggung Sheilla.

Di saat seperti itu, orang tua keduanya datang secara bersamaan setelah mendengar kabar bahwa putri mereka sudah sadar dari jam 2 siang.

"Sheilla? Ada apa?" tanya Mamah Ainun. Keduanya langsung melepaskan pelukan.

"Sheilla gapapa mah" jawab Sheilla, untung saja dirinya sudah tidak menangis saat orang tua dan mertuanya datang.

"Bagaimana kondisimu?" tanya Mamah Arasha

TRANSMIGRASI!  OVER PROTECTIVE?! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang