XVI - Found You

2.2K 557 140
                                    

Dua orang sedang duduk berhadapan dengan kaki dan tangan menyilang. Yang satu pandangannya lemah lembut, dan satunya dengan tatapan putus asa.

"Sampai kapan aku dikurung seperti ini?" tanya Steve.

"Sampai kamu nggak haus darah manusia." jawab Rose santai.

"Gimana caranya bisa tau aku nggak tertarik darah manusia kalau terus dikurung dirumah?"

Pertanyaan Steve ada benarnya. Tiga hari sejak dirinya berubah menjadi vampire, dia belum pernah bertemu manusia. Jadi tentu saja dia tidak tau darah manusia semenarik apa untuk vampire.

"Nanti Jeffery bawain darah manusia, untuk terapi kamu."

"Sekarang aku harus ngapain dirumah?"

"Terserah, dikamar Peter ada tv, buku, bisa kamu pakai kamarnya."

"Okay, kamarnya buat aku." Steve tersenyum menang kemudian pergi ke lantai atas.

Rose menggeleng-geleng. Kalau saja Joanne dengar omongan Steve tadi, bisa dibayangkan betapa senangnya dia karena ada kesempatan bisa sekamar dengan Peter.

***

Perempuan bertubuh mungil itu masih berdiri mematung setelah mendapat pertanyaan yang tidak bisa dia jawab. Memang benar dia tidak tau siapa pria yang ada dibayangan Jeffery. Peter berdecak lalu meninggalkan Joanne.

"Parah!" seru Jake saat Peter mulai menuruni anak tangga. Ternyata dari tadi Jake dan Lucy masih berada disana. Tidak berniat menguping, tapi ada feeling kurang enak karena mood Peter tidak begitu bagus.

"Kamu cemburu sama si vampire baru itu?" tanya Lucy lalu melanjutkan omongannya, "Aku kalau jadi Joanne juga bakal stay dirumah nungguin dia sih, orang tuanya nggak lagi dirumah, wajar saja dia takut si vampire itu pergi kemana-mana."

"Tapi dia nggak angkat telepon atau telepon balik." balas Peter.

Jake berdecak. "Kamu dengar sendiri kan alasan dia?" tanyanya tidak percaya. "Udahlah Pet, cemburumu nggak masuk akal. Kasian dia ngurus vampire baru sendirian, 3 hari kalian baru ketemu malah kamu ajak marahan."

Otot wajah Peter sedikit mengendur berkat ucapan Jake. Sayangnya rasa gengsi Peter masih cukup tinggi. "Aku ke kantin."

Lucy mengangguk. "Okay, kita susul habis ini." balasnya. Lucy menganggap ucapan Peter sebagai tanda kalau dia mau baikan dengan Joanne.

Selepas kepergian Peter, Lucy dan Jake menyusul Joanne yang masih di rooftop.

"Sudah dengar sendiri kan?" tanya Lucy yang melihat sahabatnya cemberut.

Joanne mengangguk namun tetap cemberut.

"Kenapa nggak kamu jawab saja kalau orang yang Daddymu lihat itu Peter?" tanya Lucy lagi.

"Soalnya aku nggak tau juga." jawab Joanne.

"Bukannya kamu pernah cerita kalau dulu orang tuamu mantau seorang pria? Bukannya itu Peter ya?" Jake mengingat cerita yang pernah diceritakan beberapa kali oleh Joanne.

"Iya itu dia, tapi itu karena dia anak dari keluarga sahabat Daddy."

Lucy memicingkan mata kucingnya. "Kok kamu jadi kaya nggak yakin gitu sih Jo?"

"Enggak lah." bantah Joanne dengan cepat. "Nanti aku tanya Daddy, pasti itu Peter."

"Mau lanjut ngobrol disini? Peter sudah nungguin di kantin." Jake mengingatkan.

Ketiganya lalu pergi menuju kantin.


Suasana kantin cukup ramai, maklum jam istirahat dan juga beberapa kelas ada jam kosong setelah istirahat pertama jadi wajar kalau mereka banyak yang berada di kantin.

The Hales [Haechan x Ryujin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang