"Ail."
Nay yang sedang seru mengobrol bersama Sahla dan dua orang lain, menyadari keberadaan gadis cantik rekan seasramanya di dua tahun pertamanya di Mesir.
"Aysa. Kamu baru sampai?" tanya Ail yang tadi tak sempat bersapa dengan saudari dua pria yang gagal menikah dengannya itu.
"Iya. Sampai tadi pagi, subuh. Kapan balik lagi?" tanya Nay.
"Rencananya sih bulan depan. Nyelesaiin dikit lagi. Sama kan kita?"
"Ya tapi kamu udah lulus statusnya."
"Kamu juga kan?" Ail berusaha terlihat baik-baik saja meski hatinya tak baik.
"Eh, Sa, Mbak balik dulu ya? Besok main lagi."
"Mbak, makasih ya. Malah ngerepotin loh, Mbak bolak balik ke sini sama Aul."
Ail mendekat pada Sahla dan mengecup pipi yang masih panas itu.
"Sheryl, Aysa, Mas, aku duluan ya. Assalamualaikum," pamit Ail.
Keempatnya menjawab. Ail segera keluar dari kamar rawat Sahla. Gontai langkahnya perlahan memaksa tubuhnya berpindah tempat.
"Kamu kenapa kayak gitu sih? Kenapa nggak ngomong baik-baik? Gara-gara kamu, Masku diusir dari rumah. Adikku juga sampai kambuh sakitnya karena mendengar berita ini. Belum lagi Ummahku, Abahku, semua oasti terluka karena perbuatanmu. Aku kecewa sama kamu, Ail. Lebih baik kita akhiri semuanya."
Ail berusaha menahan diri untuk tidak menangis lagi. Dia berusaha mempercepat langkah menuju mobilnya.
Pandangan Ail yang berair membuat gadis itu tak begitu jelas dalam melihat jalan. Ia menabrak orang yang berada di dekat toilet.
"Ma-maaf," ucap Ail terkejut.
Dia segera membungkuk meminta maaf. Sebelum Ail menjauhkan diri, tangan orang yang menabraknya justru terulur ke atas kepala Ail dan membelainya.
"Aku yang minta maaf."
Ail mendongak, setelah menyadari siapa lawan bicaranya gadis itu menepis tangan sang pria cepat.
"Permisi," ucap Ail sembari berusaha melewati sang pria.
"Ail, tunggu."
Ail tak menggubrisnya, ia justru mempercepat langkah. Hatinya terlanjur patah dan terluka.
"Aku ngelakuin ini karena aku mau ngalahin Mas Ubay."
"Maksudnya? Abang cuma deketin aku biar aku nggak jadi nikah sama Gus Ubay? Karena Abang mau nyaingin Gus Ubay?"
"Iya. Baru kali ini, aku bisa ngalahin dia."
"Kamu cuma mainin aku, Bang? Dan bodohnya aku percaya semua sandiwara Abang."
"Ail, maaf. Kamu juga udah kelewatan nyakitin keluargaku."
"Aku? Kamu pikir aku kayak gini karena apa? Aku kayak gini, aku ngelawan orang tuaku, aku mempermalukan diriku sendiri, karena aku cinta sama kamu!"
Percakapan itu terus terngiang di pikiran Ail. Dia tak mengira Uta sejahat itu padanya.
"Mbak, Mbak."
Ail tersadar saat sang adik menepuk bahunya. Ia bahkan tak tahu kapan adiknya mulai menjalankan mobil yang mereka naiki. Sepanjang jalan tadi tatapannya kosong.
"Oh, iya. Ul, kamu mau latian? Mami sama Abah bilang mereka pulang nanti malam kalau nggak besok. Misal kamu pergi-pergi, kamu bawa kunci ya. Aku mau tidur."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLAH GUIDE ME (TAMAT)
Romance"Ya Allahu Ya Rabb, tuntun aku ke Jalan-Mu. Jalan lurus yang Engkau ridhoi."