27

1.7K 122 0
                                    

"Varo! Ayo bangun" ucap Sheilla yang sudah siap dengan seragamnya

"Sebentar sayang, 5 menit lagi ya" jawab Varo kembali menarik selimut

"Udah jam setengah tujuh sayang" kata Sheilla melembut

Varo merasa tubuhnya menegang, suara itu pertama kali keluar dari mulut Sheilla. Biasanya hanya Varo yang memanggil kata 'sayang' pada Sheilla.

Segera Varo bangkit dari tidurnya, posisinya berubah menjadi duduk bersila di atas kasur.

"Ulangi, tadi bilang apa coba" ucap Varo dengan mata berbinar

"Ngga mau" kata Sheilla mengalihkan pandangan. Jujur saja Sheilla tidak berniat untuk mengatakan kata tersebut. Hanya tidak disengaja.

"Morning kiss?" rengek Varo

"Mandi sana cepetan! Aku tunggu di ruang makan!" kata Sheilla lalu pergi ke ruang makan tanpa memperdulikan rengekan Varo yang seperti anak kecil.

Setelah mandi dan bersiap dengan seragamnya, Varo turun ke ruang makan dengan wajah yang sedikit tertekuk. Terlihat Sheilla sedang sibuk menghabiskan sarapannya di meja makan. Pipi Sheilla yang lumayan tembam mengembang dan mengempis sesuai gerakan saat mengunyah dan menyuapkan makanan.

Hal itu justru membuat Varo merasa gemas. Dengan cepat Varo mencubit gemas pipi Sheilla yang menurut Varo seperti bakpao.

"ISH VARO!" kesal Sheilla mengerucutkan bibirnya.

"Gemes banget si sayang aku" ucap Varo lalu memakan sarapannya.

"Den, Non ini susu udah bibi siapin" kata Bi Inah sembari meletakkan dua gelas susu di meja.

"Makasih banyak Bi, maaf ya Sheilla belum bisa bantuin bibi" ucap Sheilla lalu meneguk habis segelas susu.

"Gapapa atuh non, ini kan udah jadi tugas bibi. Ya udah den, non bibi pamit dulu" ucap Bi Inah kembali ke dapur.

"Varo ayok berangkat, udah jam tujuh kurang lima menit!" kata Sheilla sedikit ngegas.

"Iya ayo ke mobil" ajak Varo menggendong tas nya.

"Ih kok pake mobil? Nanti tambah telat" kata Sheilla

"Kamu baru sembuh sayang" jawab Varo mengelus pelan pucuk kepala Sheilla.

Sheilla mau tidak mau harus menurut, memasuki mobil dengan wajah sedikit cemberut. Sedangkan Varo tersenyum simpul melihat tingkah gemas istri kesayangannya itu. Mobil mereka menyusuri jalan yang ramai namun tidak terlalu macet.

"Tuh kan kita telat!" kata Sheilla bersedekap dada.

"Gapapa, yuk ke rooftop aja" ajak Varo lembut.

"Ngga ke kelas?" tanya Sheilla heran

Badan Varo menghadap ke arah Sheilla, sehingga keduanya berhadapan dan saling menatao satu sama lain.

"Emangnya istri aku mau di hukum?" tanya Varo memegang dagu Sheilla agar terus menatap dirinya.

Sheilla menggelengkan kepalanya, membayangkan harus hormat di lapangan atau lari memutari lapangan itu sangat melelahkan.

"Ya udah ayo, kita bolos di rooftop sampai jam istirahat" ajak Varo menggengam tangan Sheilla.

Mereka berdua hendak menaiki anak tangga. Namun belum sempat Sheilla menaiki anak tangga itu, Varo lebih dahulu menggendong tubuhnya seperti bayi koala.

"Varo turunin ih" ucap Sheilla menyembunyikan wajahnya di balik leher Varo.

"Kenapa hm? Bukanya istri aku ngga boleh terlalu cape" jawab Varo terus menaiki anak tangga sembari mengelus punggung Sheilla.

"Malu" cicit Sheilla. Sudah dipastikan kini pipi Sheilla memerah seperti udang rebus.

"Sayang, jangan tiup leher aku" kata Varo menahan rasa panas di tubuhnya.

"Emang kenapa?" tanya Sheilla polos.

"Nanti bahaya" ucap Varo tidak ingin mengotori pikiran Sheilla.

Varo dan Sheilla akhirnya sampai di depan pintu yang menghubungkan ke arah rooftop.

'Ceklek'

'Brak'

Pintu rooftop terbuka. Rafael, Ilham, dan Bara mengedarkan pandangannya ke arah pintu rooftop.

Terlihat sepasang pasutri yang sedang bermesraan, bahkan Sheilla sama sekali belum turun dari gendongan Varo.

"Duh panas banget nih!" sindir Rafael sembari memakan camilan

"Varo turunin, aku malu" cicit Sheilla

Varo menurunkan Sheilla tepat setelah mendudukan dia di sofa rooftop. Dan Sheilla lalu menyengir kuda ketika menyadari aktivitas sebelumnya di tonton oleh teman-teman suaminya.

"Var, libur lima hari udah bikin ponakan buat gue dong" kata Rafael menaik turunkan alis.

"Privasi dodol!" maki Ilham menonyor jidat Rafael.

"Dih lo cemburu ya? Bilang aja lo cemburu" jawab Rafael memanas-manasin hati Ilham.

"Tadi lo yang bilang panas Raf" kata Bara menyeruput soda kaleng.

"Varo, aku mau chiki stik keju boleh?" bisik Sheilla yang hanya bisa di dengar oleh keduanya.

Varo menggeleng, namun Sheilla terus menerus merengek. Alhasil karena tidak di perbolehkan, Sheilla langsung bertanya saja pada yang lainnya.

"Eh ini chiki stik kejunya siapa?" tanya Sheilla sembari menunjuk camilan berasa balado itu.

"Ambil aja, milik bersama" jawab Bara

Senyum Sheilla mengembang, lalu segera mengambil cemilan itu. Namun seperti yang akan Sheilla duga, Varo segera merampas cemilan itu dengan paksa.

Semua orang yang ada disitu terdiam melihat apa yang Varo lakukan.

"Ish! Sini kok di ambil sih!" seru Sheilla sedikit emosi.

"Kamu habis sakit, jangan makan ini dulu" jawab Varo kembali meletakkan camilan itu pada tempatnya.

"Lo habis sakit Shei? Sakit apa?" tanya Ilham menatap Sheilla dengan penuh khawatir.

"Gue gapapa Ham, waktu itu sempet drop aja" jawab Sheilla tersenyum manis.

"Beneran?" tanya Ilham meragukan jawaban Sheilla

"Iya beneran" jawab Sheilla.

Varo membiarkan interaksi keduanya, meski hatinya merasakan sedikit rasa panas yang membara. Tanpa sadar sekaleng bekas soda telah hancur di remas oleh tangannya dan Varo melempar kaleng itu dengan asal.

"Kenapa lo bohong?" batin seseorang.

Hai Readers!

Maaf banget ya part ini cuma terdiri dari ±800 kata. Jujur aku lagi bingung banget sama alur yang harus aku bawain.

Juga aku lagi berantem sama diri, jadi maaf banget ya kalau cerita di part ini berantakan banget.

Semua part akan author revisi setelah cerita ini selesai.

Jangan lupa vote dan spam komen ya!

Terimakasih!

TRANSMIGRASI!  OVER PROTECTIVE?! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang