Trauma

305 48 5
                                    

"AYAH!!! IBU!!!"

Malam terasa begitu dingin bagi bocah berusia 10 Tahun itu. Hujan deras semakin menambah histerianya. Beberapa menit yang lalu ayah dan ibunya di habisi orang asing tepat di depan matanya sendiri.

"HUAAAA!!" Tangisannya terdengar sangat pilu. Kedua orang tuanya sudah tak lagi bernyawa, tergeletak di lantai dengan darah keduanya yang sudah menyatu.

Yang Jeongin, nama anak itu. Tepat di hari ulang tahunnya, ia kehilangan kedua orang tuanya. Ia berdiri dengan badan lemas, menghampiri meja dimana terdapat kue ulang tahun yang lilinnya masih menyala. Dengan sesenggukan Jeongin meniup lilinnya dan kemudian jatuh pingsan.

.

.

.

.

.

Beberapa menit yang lalu.

"Jeongin, ayah pulang!" pria paruh baya itu memeluk anak semata wayangnya. Senyumnya terpatri diwajahnya, sebuah kotak oleh-oleh ia sodorkan "Ayo, hari ini ulang tahunmu. Mari tiup lilin dan makan kue bersama" Jeongin mengangguk senang.

Ibunya menyiapkan kuenya juga lilinnya. Mereka berkumpul dan menyanyikan lagu ulang tahun bersama, sampai akhirnya pintu terbuka secara kasar. Seorang pria dengan baju serba hitam masuk ke dalam rumahnya.

Ayah Jeongin yang mendengar kegaduhan itu berjalan ke ruang tengah "Siapa kamu? Pencuri!" tak disangka pria itu langsung menusuk ayah Jeongin dengan brutal.

"Jeongin, sembunyi di bawah meja" panik ibunya. "Tapi, ibu?" tanya Jeongin.

"Ibu akan baik-baik saja" Jeongin menurut ia pun sembunyi. Namun saat ibunya pergi menghampiri pria itu, Jeongin mengikutinya dari belakang. Dan dari sana Jeongin menyaksikan kedua orang tuanya terbunuh.

"TIDAAKK!! AYAH! IBU!" Jeongin berteriak sangat kencang, pria misterius itu menatapnya cukup lama, lalu setelahnya ia pergi meninggalkan Jeongin yang masih histeris.

"ARGHHH!"



























Jeongin terbangun dari tidurnya, nafasnya sangat cepat dan tak karuan. Keringat membasahi seluruh badannya, ia menangis dalam diam. Ia teringat kembali kejadian 10 tahun lalu.

"Jeongin? Ada apa?"

"Kak Hyunjin" pria yang di panggil Hyunjin itu menghampiri Jeongin dan memeluknya erat "iya, aku disini. Ada apa?" tanyanya khawatir.

"Lagi" jawab Jeongin, Hyunjin menghela nafas, ia mengusap bahu Jeongin menenangkan "Itu hanya mimpi, semuanya baik-baik saja sekarang"

"Rasanya masih sama" Jeongin sesenggukan. Perasaannya lebih tenang sekarang. "Tidur lagi, ini masih tengah malam" bujuk Hyunjin.

"Kenapa kakak belum tidur, ayo tidur bersamaku" ajak Jeongin. "Aku masih ada beberapa pekerjaan. Aku akan menemanimu disini" Hyunjin membenarkan posisi tidur Jeongin. Ia mengusap lembut surai kekasihnya, sesekali tangannya menepuk-nepuk pelan paha Jeongin "Tidurlah".

"Kenapa pelakunya sulit sekali ditangkap?" Jeongin terus bergumam pelan. Beberapa saat kemudian Jeongin terlelap kembali. Hyunjin mengecup dahi Jeongin dan beranjak pergi. Ia menutup pintu kamar perlahan dan berjalan menuju dapur.

Saat sampai disana ia membuka laci pantry, tangannya mengambil sebilah pisau dari sana. Lama dia terdiam sambil memandangi pisau itu seperti mengingat sesuatu. Tak lama ia tersenyum tipis.












Tipis namun tajam dan memiliki banyak arti.
















Tak kira udh di up

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak kira udh di up

ONESHUUUTTT - HYUNJEONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang