BC 3 : Rino Shasha's Next Level

623 99 29
                                    

Note :

Karena aku bingung mau lanjutin More Than Words (dulunya Ruang), jadi aku mutusin buat bikin ini. Karena di komen epilog ada yang penasaran gimana anak-anak kosan bereaksi pas tau Rino-Shasha nikah.

Here we are.

Selamat membaca.


**

Kadang dalam perjalanan hidup itu ada beberapa hal yang sama sekali tidak disangka malah terjadi sedangkan yang diharapkan justru harus pupus karena kenyataan. Contohnya sudah terjadi dalam hidup Rino yang bisa dibilang ribet. Mulai dari pacaran kebobolan, patah hati sampai enggak buka hati, sampai akhirnya membuat pilihan hidup yang bisa dibilang berani untuk usianya yang masih di awal dua puluhan.

Rino sama sekali nggak nyangka, cewek yang tiap hari bisa bikin dia mengumpat karena kecerobohan dan kebodohannya kini menjadi seseorang yang sedang diperjuangkan. Dia juga nggak nyangka kalau panggilan hati untuk menjaga cewek ceroboh itu perlahan berkembang hingga menimbulkan keinginan menjaga selamanya padahal hubungan mereka baru jalan dua bulan.

Apa untuk mendapatkannya itu gampang?

Sama sekali enggak. Karena dia menyangkal perasaannya, dia pernah hampir kehilangan, andai saja dia nggak ambil keputusan untuk jujur ke Shasha malam itu. Ditambah tentang masa lalu bersama mantan pacar. Sebenarnya yang paling susah ya tentang masa lalu itu sendiri. Butuh keberanian besar untuk cerita ke Shasha tentang masa lalunya.

"Sha... kalau lo nggak mau nerusin nggak apa-apa."

Jujur, Rino merasa bodoh karena menceritakan ceritanya justru setelah melamar cewek itu, bukan malah sebelumnya. Dan diamnya Shasha bikin dia ketar-ketir sendiri.

"Kenapa nanya gitu?"

"Masa lalu gue kayak gini." Rino menunduk tanpa berani memandang gadis di hadapannya. "Gue pernah hamilin mantan gue."

"Nggak masalah buat gue." Shasha melipat tangannya di atas meja sambil memandang Rino. "Jujur aja deh, No, sebenernya lo yang males kan sama gue? Gue nggak bisa apa-apa, beresin rumah nggak becus, masak nggak bisa."

"Ck bahas lagi!" Rino jadi agak gondok dengar itu. "Gue nih mau jadiin lo istri bukan pembantu. Lagian ini tentang gue bukan tentang lo. Intinya lo mau nerima gue dan masa lalu gue?"

Bentar, ini Rino kok jadi ngegas lagi ya?"

"Iyalah."

Rino tersenyum. "Kenapa?"

"Ya nggak apa-apa. Inget kata Spice Girls ; if you want my future, forget my past. Jadi kalau gue mau masa depan lo, gue harus lupain masa lalu lo. Apapun yang ada di masa lalu lo, itu punya lo, sama sekali nggak ada hubungannya sama gue." Shasha menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. "It's okay."

"Makasih." Rino tersenyum.

"Sekarang ayo pikirin hal lain, contohnya... gimana caranya biar nyokap lo mau damai sama gue?"

Ah iya....

Shasha dan ibunya Rino sedikit kurang akur gara-gara pernah rebutan sepatu di mall. Sepatu yang pada akhirnya tetap sampai ke Rino sih.

Beberapa hari kemudian Rino pulang bersama Shasha. Sambutan ibunya Rino cukup baik meski tidak bisa dibilang bersahabat juga. Masih ada jutek-juteknya.

Rino menyampaikan maksudnya datang ke rumah untuk meminta izin, sedangkan Shasha ikut bicara dengan meminta maaf tentang masalah sepatu di mall serta mengatakan beberapa rayuan agar diterima jadi menantu. Di sana juga ada Papa yang memilih jadi pendengar. Hubungan Rino dan Papa belum membaik pasca diusirnya Rino dari rumah hampir satu tahun yang lalu.

Perfect HousematesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang