"Kesalahan adalah hal yang tak bisa dihindari dalam kehidupan entah dilakukan secara sengaja maupun tidak akan melahirkan sebuah penyesalan bagi setiap insan karena kesempurnaan hanya milik Allah."
-Agaraya-
"Raya gue kecewa sama Elo. Ternyata Elo malah nikung dari belakang," Rain membuang mukanya dengan mata memerah. Hatinya hancur melihat kebersamaan sahabatnya berbagai cerita melupakannya. Padahal waktu itu Raya pernah bilang tidak akan mengambil Aga demi menjaga perasaannya. Sekarang waktu menunjukkan semua janjinya hanya sebatas kata.
Menyalahkan diri sendiri mengapa sahabatnya menghianati persahabatannya. Sekeras apapun dirinya memohon untuk tidak akan pergi semuanya akan berjalan sesuai takdir bukan seperti apa yang diinginkannya.
"Ren, maaf gue bermaksud gitu. Gue juga ga ingin menyakiti Elo." Perkataan dari sahabatnya langsung masuk ke dalam hati. Rasanya sesak, menyesal, pahit.
Gadis itu mendekati sahabatnya. "Gue hanya ga mau ngerepotin Elo, Ren." Matanya nanar dengan bibir bergetar. "Gue ga jadi beban Elo."
"Ren, maaf ini semuanya memang salah gue, tapi kasih kesempatan lagi. Gue janji akan memperbaiki semuanya." Cairan bening mengalir di pelupuk pipi.
"Ren, please Aga cuman mau bantuin gue ga lebih."
"Gue janji ga akan mengulanginya lagi, Elo boleh benci sama gue, marah, tapi jangan tinggalin gue karena Elo berharga bagi gue," pintanya dengan isakan tangis.
Rain diam membeku mendengarkan percakapan sahabatnya, betapa sakitnya melihat sosok yang dikira mau berbagi suka dan duka. Ternyata mampu menyimpan rahasia dan getirnya terasa saat mendengar jatidiri sahabatnya dari orang lain. Kisah persahabatan yang indah kini telah menjadi kenangan. Menyisakan kepahitan mengeram dalam dada.
"Seharusnya Elo bisa jujur sama gue, Ray karena gue benci dibohongin apalagi sama sahabat sendiri. Namun, kenapa Elo justru dengan begitu mudahnya membaginya dengan orang yang baru Elo kenal. Apa gue kurang baik ya? Sampai Elo lebih memilih percaya dia daripada gue."
Lagi-lagi rasanya dunia runtuh, hatinya remuk melihat sahabatnya sudah tidak percaya dengannya. Mungkin dia bisa hidup tanpa belain orangtua untuk beberapa tahun, ditinggalkan laki-laki yang dulunya berjanji akan selalu menemani tapi dia tidak bisa jika harus kehilangan sahabat yang selalu mendukungnya bahkan dikala yang lain pergi.
"Ren, hanya kata maaf yang bisa gue ucapkan. Maaf gue emang salah."
Laki-laki yang memakai kacamata bertengger di kedua telinga menepuk pundak Raya. "Raya, kamu harus kuat. Kamu itu bukan gadis yang lemah. Maaf Ray kehadiranku membuatmu dijauhi sahabat kamu."
Raya langsung mengelak dari laki-laki itu. Dia mengangkat dagunya ke atas. "Elo salah Aga karena menjadi penolong bagi gue. Semesta memang memaksa kita berpisah seperti dulu gue benci Elo."
"Iya Ray tapi aku ga bisa pergi karena aku ingin menjagamu." Aga malah menyunggingkan senyum ke arah gadis itu disaat situasi yang tidak tepat. "Kamu harus selalu bahagia, gapapa senyum untuk menutupi luka."
"Elo pergi aja dari hidup gue karena Elo Rain jadi menjauhi gue. Kenapa sih ga gue harus nerima uluran tangan Elo? Andai gue tahu semuanya berakhir begini gue ga akan menerima itu. Pergi!" Rancaunya setelah lelah harus menerima bantuan tapi menyakiti sahabatnya. Perasaan campur aduk antara sedih, kecewa, remuk, dan gelisah. Semua karena keadaan. Antara aku, kamu, dan dia membuat cinta segitiga saling menyakiti satu sama lain.
Saat gadis itu memilih menjaga perasaan sahabatnya, dirinya bahagia untuk sahabatnya melepaskan dia untuknya. Disisi lain hatinya sakit melihat sosok yang menjaga menjadi miliknya. Menorehkan bahagia diatas luka menyalahkan semesta yang memaksa untuk memilih antara sahabat palsu karena terikat perjanjian atau sahabat asli yang tidak pernah lelah menemaninya dikala berada di titik nadir.
Pada bagian ini, bisakah gadis itu menyalahkan dia yang kehadirannya menghancurkan persahabatan yang terjalin indah. Dirinya membenci dia membuat hatinya hancur berkeping-keping. Mengapa harus ada perasaan penghancur sebuah kepercayaan?
"Sekeras apapun berusaha mengusir Aga dia ga akan pergi, Ray karena Elo sudah membuka jalan agar dia menetap," decit Rain membuat Raya semakin dalam menyesali perbuatannya.
"Kalau gue tahu Elo punya penyakit psikologi membuat Elo halusinasi dan sering kali lupa seakan hilang ingatan. Gue pasti langsung datang untuk memberi penyemangat tapi Elo malah meminta bantuan oranglain?" Rain ke
memundurkan badannya menjauh dari Raya."Pantaskah ini dinamakan persahabatan dikala salah satu orang merusak kepercayaan sahabatnya sendiri?" Apa Elo puas bikin gue remuk kembali menyisakan pilu seperti saat gue di buly Ray?" cercanya membuat Raya merasa gagal menjadi sahabat.
Demi menjaga rahasia dirinya tanpa sengaja melukai sahabatnya sendiri. Entah mengapa sekuat apapun berusaha menyembunyikan kebenaran lamban lain semuanya akan terungkap. Pada akhirnya takdirlah yang menang. Sehebat bertahan untuknya jika takdir tak merestui maka semuanya berakhir dengan penyesalan dan kekecewaan.
Bibirnya kelu tak mampu mendengar pertanyaan yang tak bisa dijawab olehnya. Apa yang dikatakan tidak salah. Hanya saja dirinya belum sanggup mengungkapkan semuanya.
"Raya kalau dari awal Elo jujur Aga lebih tertarik sama Elo dibandingkan gue. Pasti semuanya ga akan terjadi. Gue akan berharap atas hal yang tak bisa menjadi kenyataan. Gue pasti akan mengiklaskannya untuk Elo."
"Gue kira dia ga akan masuk lebih dalam ke hidup gue sedalam ini, gue kira saat waktunya tepat gue akan jujur sama Elo dan melepaskan dia untuk Elo. Gue baru sadar dari kesalahan gue yang membiarkannya mendekati gue akan berujung dengan penyesalan."
"Memang semua tidak tahu, tanpa kita sadari kisah kita bertiga akan menimbulkan luka."
"Semoga Elo suatu saat bisa menerima semua ini."
"Aga, please pergi ini terakhir kalinya gue meminta sesuatu sama Elo," jeritnya membuat laki-laki yang sedari mematung berusaha mencoba memperbaiki keadaan terpaksa berjalan pergi dari sana agar Raya lebih tenang. Dia takut kejadian ini membuatnya halusinasi lagi dengan kenangan pahit di masalalunya.
"Pergi Aga, maaf gue jadi egois karena terbutakan perasaan gue sama Elo, tapi Elo juga salah karena membantunya menyembunyikan kebenaran," rintihnya membuat laki-laki itu menoleh ke belakang.
"Maaf karena kisah aku, kamu, dan dia membuat persahabatan kalian runtuh. Iya aku sosok dia yang dimaksud oleh Raya tanpa sengaja merusak semuanya. Padahal niat aku baik hanya untuk menjaga Raya saja."
Kini Aga benar-benar telah pergi dari sana membiarkan kedua gadis itu kesakitan karenanya. Ternyata benar kata orang bahwa cinta yang salah bisa menghancurkan segalanya termasuk apa yang dialami oleh Rain, Raya, dan Aga.
Kisah antara aku, kamu, dan dia pada akhirnya membuat ketiganya saling menyalahkan satu sama lain membuat ketiganya hancur. Meski pernah ada kesalahpahaman mulanya bisa berakhir baik-baik saja tapi sekarang kisah mereka telah usai. Mereka dipisahkan oleh keadaan. Keegoisan, rasa takut akan kehilangan menjadikannya penyesalan yang berkecamuk dalam hati.
Penyesalan menjadi hal mutlak yang harus diterima oleh setiap insan setelah melakukan kesalahan. Berakhirlah sudah kisah mereka memberikan kesan tersendiri di hati mereka masing-masing. Langit dan bulan menjadi saksi tentang hancurnya kisah antara aku, kamu, dan dia. Semuanya merasakan betapa pahitnya kehidupan harus dipisahkan oleh keadaan.
Spam nex yuk
KAMU SEDANG MEMBACA
Agaraya [END]
Fiksi Remaja"𝙺𝚒𝚝𝚊 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚜𝚎𝚙𝚊𝚜𝚊𝚗𝚐 𝚒𝚗𝚜𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚞𝚔𝚒𝚛 𝚕𝚞𝚔𝚊 𝚍𝚒 𝚊𝚝𝚊𝚜 𝚍𝚞𝚔𝚊." ㅡ𝙰𝚐𝚊𝚜𝚊 𝙷𝚊𝚛𝚢𝚖𝚞𝚛𝚝𝚒ㅡ Aga dan Raya tidak salah hanya ingin saling menjaga justru berujung kesalahfahaman karena yang salah adala...