Chapter 4

1.8K 230 13
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***


Seperti biasanya, Jaemin langsung menjadi pusat perhatian begitu turun dari mobil mewahnya. Kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya ia lepas lalu ia masukkan kedalam saku seragamnya, cuaca hari ini lumayan panas hingga membuat Jaemin berkeringat. Tangan kanannya kemudian mengambil handphonenya dan menekan berkali-kali pada layar tersebut, berusaha menghubungi seseorang, sebut saja namanya Suho, Sekretaris Ayah-nya.


"Halo, lo dimana, Ho?" tanya Jaemin melalui via telepon.

"Di kantor. Kenapa?" balas Suho.

"Lo pasang AC di sekolah dong anjir. Panas banget gila, lo tahu sendiri kalau keringat gue tuh berharga." omel Jaemin.

"Udah dipasang anak setan, tiap kelas ada tiga AC sesuai perintah Ayah lo." ucap Suho.

"Maksud gue, tiap koridor. Gue enggak mau tahu, lo pasang sekarang. Besok gue enggak mau kepanasan lagi." tutup Jaemin.


Tanpa menunggu balasan dari Suho, Jaemin langsung mematikan sambungan telepon tersebut secara sepihak. Jaemin bisa membayangkan ekspresi mengomel Suho yang seakan-akan ingin mencekiknya detik ini juga, bagi Jaemin itu lucu meskipun tensi Suho berakhir melonjak tinggi dan butuh perawatan di rumah sakit.

Saking asyiknya Jaemin berjalan sembari memainkan handphone barunya, ia jadi tak sadar bahwa langkahnya telah berakhir ditujuan, yaitu kelas. Jaemin spontan mengantongi benda persegi tersebut kedalam sakunya dan menampilkan senyumnya kearah Mark yang sedang sibuk mengeluarkan umpatannya, jangan tanyakan dia sedang apa, tentu saja bermain game.


"What the fuck is this?!" umpat Mark.


Jaemin sempat terkejut dibuatnya, padahal dia baru datang tapi malah disuguhkan dengan umpatan. Sungguh awal yang sangat indah. Ia pun tak memperdulikan Mark yang masih asyik memandangi layar handphonenya, kedua telinga Mark disumbat dengan handsfree agar suara dalam game bisa terdengar jelas.

Menit berikutnya, terdengar suara bantingan handphone diatas meja yang tentu saja pelakunya adalah Mark. Suara hembusan nafas berat, punggung yang tiba-tiba bersender pada kursi dan kedua mata yang terpejam adalah contoh-contoh kekalahan Mark dalam dunia game. Jaemin sudah sehafal itu dengan tingkah Mark.


"Kenapa? Kalah?" tanya Jaemin.

"Enggak ada sejarahnya gue kalah," balas Mark.

"Ya, terus kenapa? Lo kelihatan jutek gitu," ucap Jaemin.

"Gue hanya ngalah sama lawan main, bukan kalah." kata Mark.


Jaemin menaikkan sebelah bibirnya lalu menggeleng heran. Ia pun berusaha tak peduli pada kesibukan Mark dan lebih memilih untuk menyibukkan diri sendiri, contohnya memantau grafik sahamnya yang terus melonjak naik. Senyum di wajah tampan Jaemin spontan tercipta, ia merasa sangat puas melihat grafik tersebut, itu artinya dia bisa membeli mobil keluaran terbaru untuk melengkapi koleksinya.


Na Jaemin : Crazy Rich Jaemin [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang