Sore ini tak seperti biasanya ibu-ibu kompleks yang biasa kumpul di taman kompleks malah pada kumpul di rumah keluarga Fadli dan mereka cuma mau kumpul aja tapi mereka sudah siap dengan berbagai macam buah-buahan beserta kacang tanah, gula merah dan juga cabe rawit.
Tiba-tiba saja selepas shalat ashar Ami mendapat pesan WA dari bu Nita yang rumahnya persis di sebelah rumahnya. Bu Nita mengabarkan kalau sore ini mereka rencana mau mengadakan rujakan di rumah keluarga Fadli dan Bu Nita meminta persetujuan Ami apakah berkenan atau tidak.
Dan setelah mendapat persetujuan dari suaminya Fadli, Ami kemudian mengabarkan di grup WA ibu-ibu kompleks kalau mereka boleh mengadakan acara rujakan di rumahnya. Dan disinilah akhirnya mereka kumpul, di Gasebo yang berada di halaman belakang yang di tumbuhi oleh pohon mangga harum manis yang saat ini sedang berbuah lebat dan sudah matang.
Setelah menyiapkan semuanya termasuk mengambil beberapa buah mangga harum manis yang masih ada di pohonnya, mereka pun sibuk dengan urusannya masing-masing, ada yang memotong buahnya, ada yang mengulek sambelnya dan ada pula yang cuma asyik bergosip. Biasalah ibu-ibu kalau ketemu pasti ada aja ceritanya.
" By the way, ini tumben mau rujakan sore- sore gini." Tanya Ami yang rumahnya langsung disambangi tanpa pemberitahuan jauh sebelumnya.
" Ini nih Mima, Bu Riska kan lagi ngidam tuh dan dia tuh ngidam pengen rujakan bareng ibu-ibu kompleks gitu deh dan dia juga lagi ngidam pengen makan mangga harum manis yang langsung dari pohon gitu deh." Jawab Bu Nita mewakili Bu Riska yang namanya tadi disebut.
" Oh, gitu ya! Tapi kenapa gak bilang dari tadi pagi tau gitu kan aku bisa nyiapin cemilan lainnya."
" Eh gak papa kok Mima justru kita yang mau berterimakasih karena udah diijinin ngadain rujakan disini." Jawab Bu Riska yang ikutan memanggil Ami dengan sebutan Mima karena anak-anak mereka juga memanggil Ami dengan sebutan Mima jadilah mereka juga ikutan memanggil dengan sebutan seperti itu daripada ribet manggil dengan sebutan mama Airin kan.
Setelah beberapa saat akhirnya semua bahan telah selesai dan saatnya untuk pesta rujak. Sebakul besar buah-buahan yang terdiri dari mangga, timun, kedondong, bengkuang, nenas dan pepaya bercampur jadi satu ditambah lagi dengan sambel kacangnya yang menggoda selera semakin membuat air liur menetes.
Riuh canda tawa ibu-ibu itu bergema di halaman belakang, anak-anak merekapun yang teman sebayanya Anna asyik bermain bersama.
Tak lama kemudian dari dalam rumah Airin datang membawa sepiring besar gorengan bakwan udang atau kalau di Makassar disebutnya bilang doang hasil buatannya sendiri.
" Aduduh neng airin repot- repot amat bikinin kita cemilan. Ibu jadi gak enak nih." Bu Rini yang menjabat sebagai Bu RT mengatakan hal tersebut sembari tangannya mengambil piring yang dibawa Airin.
" Aduh ini sambelnya juga kelihatannya enak banget lagi." Sambung Bu Riska yang lagi ngidam itu sembari menelan ludahnya sendiri karena tergiur dengan sambel buatan Airin yang piringnya sekarang ada di tangannya.
" Neng Airin pinter masak juga ya! Udah bisa nih dijadiin calon mantu. Jadi mantu ibu mau neng." Canda Bu Rini yang menggoda Airin dengan mengatakan kalau akan menjodohkan Airin dengan putranya yang kedua yang namanya Maulana dan kini sudah menyelesaikan kuliahnya.
" Hehehe..." Airin hanya terkekeh mendengar candaan Bu Rini sekalipun dalam hati berharap juga sih suatu saat nanti secara Maulana kan almost perfect guys alias idaman para wanita muda terutama yang ada di kompleks perumahan mereka.
" Masih kecil Bu... sekalipun Airin mau cepat nikah, Mima nya yang gak ngijinin, masih belum puas mimanya ini ngelonin dia." Ami ikut menjawab candaan Bu Rini tadi.
" Kan masih ada ayahnya yang bisa dikelonin." Ibu Titi ikut menimpali dengan candaan khas ibu-ibu yang disambut gelak tawa yang lainnya.
Ibu-ibu ini emang paling bisa menyisipkan candaan khasnya kalau lagi ngumpul bareng dengan ibu-ibu yang lainnya padahal disini kan gak cuma ada mereka tapi ada juga anak gadis dan anak- anak kecil lainnya, kalau mereka bertanya yang macam- macam mereka juga kan yang pusing untuk menjawabnya.
" Eh beneran enak lho bakwannya airin. Benar- benar mantu idaman nih. Udah cantik pintar masak lagi." Bu Rini yang sedari tadi sudah mencicipi bakwan buatan Airin kembali menggoda Airin dan berhasil membuat pipi Airin bersemu merah antara malu dan senang dipuji mamanya Maulana.
" Gak kok, itu Mima yang ajarin." Airin mencoba menjawab secara diplomatis sambil bibirnya terangkat keatas menampilkan semu lesung pipinya yang diberada di pipi kanannya.
" Gak salah emang mbak Ami yang jadi ibu kalian, perhatiannya itu lho gak kalah dengan ibu kandung sendiri." Puji Bu Rini kepada Ami yang membuat wajah Ami berubah karena takut apa yang diucapkan Bu Rini membuat Airin tersinggung karena ibu kandungnya dibandingkan dengan ibu sambungnya yaitu Ami.
Airin menganggukkan kepalanya tanda setuju dengan pendapat Bu Rini tadi seraya tersenyum kepada Ami.
" Iya, Tante kita gak salah emang milih Mima jadi ibu kita karena Mima itu perhatiannya luar biasa jadinya kita merasa kalau kita gak pernah kehilangan ibu." Jawab Airin.
Akhirnya setelah waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore mereka mengakhiri acara rujakan itu disebabkan suami mereka sudah pada pulang dari kantor dan sebelum pulang mereka membantu Ami membersihkan halaman belakang tempat mereka melangsungkan acara rujakan tadi.
Ibu-ibu kompleks perumahan mereka memang sudah mengenal baik Ami sebelum Ami menikah dengan Fadli karena sebelumnya Ami adalah pengasuh anak-anaknya Fadli. Dan mereka tidak malu bergaul dengan Ami yang merupakan mantan pengasuh itu. Karena itulah Ami selalu berusaha untuk membantu tetangganya jikalau mereka membutuhkan.
Bersamaan pulangnya ibu-ibu tadi, tibalah juga dirumah sang kepala rumah tangga yang mengundur waktu kepulangannya karena tak mau menganggu acara istrinya tadi.
Ami lalu menyambut kepulangan suaminya dan mengambil tangan kanan suaminya untuk dia cium sebagai tanda penghormatan yang kemudian diikuti oleh anak-anak mereka.
" Gimana acara rujakannya? Seru gak." Tanya Fadli setelah membersihkan diri dan kemudian duduk di ruang keluarga seperti biasanya.
." Seru ayah, rumah kita jadi rame. Mima besok lagi ya! Kita bikin acara." Jawab Anna polos yang merasa senang karena dia dapat bermain dengan teman-temannya tanpa harus pergi ke taman.
" Hahaha..." Fadli tertawa mendengar jawaban putri bungsunya.
." Jangan tiap hari dong nanti ayah pulangnya telat terus dong. Kan ayah kangen sama kalian, kalau pulangnya lama kangennya terpending dong." Fadli memberikan jawaban yang membuat anak-anaknya yang lainnya mencibirnya.
" Ayah lebay, paling kangennya sama Mima bukan sama kita." Fadlan menimpali perkataan ayahnya sarkas.
." Iya, lihat aja tuh sejak tadi tangannya ayah gak lepas dari bahunya Mima, nempel aja kayak perangko." Airin menambahkan dan membenarkan perkataan Fadlan.
" Ih, biarin aja cemburu kan." Balas ayahnya sembari memeluk Ami dengan erat yang kemudian membuat Anna memekik karena gak terima ayahnya memeluk ibunya, buat Anna Ami adalah miliknya dan gak boleh ada yang berhak untuk memeluk ataupun mencium Ami termasuk ayahnya tanpa seizinnya.
Dan perlawanan ayahnya terhadap Anna pun kalah karena Anna mendapat bantuan dari kedua kakaknya dan sore ini berakhir dengan mereka yang berebut untuk memeluk Ami hingga mereka berlima bergulingan di lantai saling berebut untuk memeluk dan mencium sang Mima kesayangan.
Bude Ningsih dan mbak Arum pun terharu melihat kejadian itu karena 4 tahun rumah mereka sepi tanpa ada canda tawa semenjak kepergian Aina bundanya anak-anak. Dan kini Ami membawa kembali keriuhan di rumah mereka lagi dengan kasih sayang dan perhatian yang tulus seperti ibu kandung mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Afternoon And A Short Cake
Ficción GeneralCerita tentang keseharian sebuah keluarga yang selalu berkumpul di sore hari menceritakan keseharian mereka sambil menikmati sajian kue yang dibuat ibu mereka.