Sungguh pelik, kisah ini menceritakan aku sebagai tokoh utama di bulan September ini. Aku bukan wanita, dan juga bukan seorang pria. Kemudian aku bertanya, sebenarnya aku ini siapa?
Barangkali ada yang mau mengira-ngira, aku sangat persilakan. Setiap malam aku merasakan pengalaman horor, dikeremuni hantu-hantu bergentayangan di rumah tua, hingga kebun-kebun sudut kota. Hantu-hantu yang seringkali muncul ketika tengah malam dan menghampiriku. Inginku berteriak, namun mereka kehidupanku. Aku tak bisa hidup tanpa mereka.
Aku melakukan apapun agar bisa bertahan hidup. Siang hari aku menjadi kuli panggul, menggauli panas dan debu bangunan yang belum berdiri seutuhnya. Di siang hari juga aku sering ditemui hantu. Mereka bergentayangan menghampiriku satu-satu persatu. Namun kubiarkan, toh mereka pun sumber penghasilanku.
Aku juga punya kekasih. Aku juga bingung, dia seorang pria atau wanita. Aku belum pernah berhubungan badan dengannya sampai saat ini, namun dia sangat mencintaiku apapun jenis kelaminku. Dia pernah mengatakan sepenggal kalimat yang sangat membuatku tertegun, "Aku mencintaimu, tak penting jenis kelaminmu. Karena yang terpenting dari cinta adalah saling melengkapi, dan kau telah melengkapiku."
Kekasihku pun berjuang, entah menjadi seperti pria atau wanita. Namun yang pasti, dia selalu kembali membawa uang. Kita berjuang memecahkan kerasnya hidup. Aku tak peduli dengan A menjadi B, meskipun bisa juga menjadi C atau D. Layaknya cahaya yang seringkali menjadi gelap hingga dilupakan kehadirannya. Mereka hanya mengenalnya cerah, dan bukan gelap. Aku masih ragu, sebenarnya aku ini siapa?
Mereka pernah mencibirku tentang betapa horornya aku. Manusia tanpa bukti dan jati diri. Hidup dalam bayangan putih diantara gelapnya cahaya hitam. Berkerumun dengan hantu-hantu yang sangat menakutkan, namun mereka lah arti jati diri, tempatku mencari rezeki daripada harus kena kebiri. Aku seseorang yang harusnya kalian cari ketika kalian sudah tak percaya lagi tentang kepercayaan dan agama. Melupakan Tuhan dan arti baik dan tidak baiknya kehidupan.
Hidup itu memang keji. Kau tak perlu membahas jenis kelaminmu, karena kalau lapar yang kau cari cukup makanan. Jenis kelamin hanya untuk menyamar dan berpura-pura menjadi orang lain. Dunia ini tak buta, dan juga tak bisa melihat. Cukup jadi seseorang.
Nova Saefudin
Cirebon, 5 Oktober 2019