#007: Afwan

18 4 0
                                    

Part 7

"Dari pada stres, baik nya memiliki sedikit rasa bodoamat terhadap sesuatu yang tidak penting dalam hidupmu. Agar hidup yang kamu jalani tenang. Benaran dah,"

~Afwan

Selamat Membaca💗

"Gimana?"

Aku menoleh menatap bingung Rara. "Apanya, Kak?"

"Jadi lihat-lihat Asrama, gak?"

Dengan semangat aku mengangguk. Kemudian kami pun meninggalkan kamar. Ketika telah berada di dekat ruang tv, Rara tiba-tiba saja menghentikan langkahnya. Membuat langkahku juga ikut terhenti.

"Tumben kamu gak kampus, Rif?"

"Malas. Mau kemana lu?"

"Lihat-lihat asrama. Ikut gak?"

"Ngap--"

Cowok tersebut berbalik menatap ke arah kami. Namun, saat dia melihatku dia langsung menampilkan wajah yang tidak enak dipandang oleh mata.

"Rif?"

"Gak," ketusnya kembali menatap tayangan sebuah kartun di tv.

"Dih, santai aja, kali jawabanya. Aku kan, ajaknya baik-baik!" kesal Rara. Kemudian cewek tersebut melihat ke arahku. "Yaudah Ay, kita berdua aja yok."

***

"Oh iya, biasanya kalau anak-anak asrama pada gabut tuh, kita akan lari pagi keliling komplek yang dekat dari asrama kita."

"Ra?"

"Hei!"

Aku terlonjak merasakan tepukan lembut pada bahuku.

"Eh?" ucapku menatap linglung pada Rara.

"Kamu kenapa? Ada hal yang kamu pikirkan ya?"

Aku terdiam. Sejujurnya, aku tengah memikirkan alasan dibalik sikap dingin cowok yang beranama Rifki. Mengapa cowok itu seakan benci akan keberadaanku? Dia hanya berlaku seperti itu hanya padaku. Sementara, pada Daffa, cowok itu meyambutnya hangat.

"Ayra?"

Aku tersenyum. Tapi, mungkin ini adalah awal aku memasang topeng. "Gak apa-apa, Kak. Ayra cuma lagi mikir tentang keadaan kakak Ayra."

"Emang dia kenapa?"

"Mungkin dia sedang depresot deh, kak,"

"Maksudnya?"

"Iya. Dia pasti depresot hadapin Bang Alfa. Ayra aja, yang adek abang tuh, kadang masih susah mencerna ketikan dari, Bang Alfa."

"Kamu ngomongin siapa sih, Ay?"

Melihat kebingungan Rara, aku lantas tertawa. Membuat bolongan nampak pada pipi kiriku.

"Lho, kamu kok, ketawa Ay?"

"Maaf-maaf. Lagian, Kak Ara lucu banget kalau lagi bingung gitu."

Aku menghela napas lega, melihat Rara yang pergi dengan rasa kesalnya dan meninggalkan aku seorang diri di taman Asrama. Tak apa Rara kesal padaku. Asal cewek itu tidak bertanya mengenai hal yang sedang aku pikirkan.

Mataku terfokus pada satu objek, yaitu bangku panjang yang berada di bawah pohon. Langkah kaki pun membawaku ke sana.

Author POV

Akhirnya, Alfa telah menyelesaikan kuliah onlinenya. Sehingga membuat dia bisa melihat ponsel yang sedari tadi berbunyi menandakan notifikasi pesan yang masuk.

AFWANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang