♡Chapter 2♡

164 156 120
                                    

"Beberapa kebenaran dalam hidup sulit diterima. Kenanganmu tidak akan pernah terlupakan. Itu akan selalu bersama kita selamanya."

Hari itu Vanya terlihat sedang berjalan di koridor sekolahnya untuk menuju ke kelas, tiba-tiba langkahnya terhenti sejenak, melihat ke suatu tempat yang memiliki banyak sekali memori indah di sana.

Tempat dimana pertama kali ia bertemu dengan sang rembulannya, Vanya hanya bisa tersenyum getir, semuanya kini terasa menyesakan untuknya.

Tak pernah terbersit sedikitpun dalam benaknya bahwa ia akan kehilangan cahayanya begitu cepat.

"Ren, aku kangen, bisa gak kamu balik? Aku kesepian, aku butuh cahaya kamu untuk menerangi jalanku, kamu bilang, kamu akan selalu ada di samping aku kan? Kamu bilang kamu akan selalu menerangi dan menjaga semestamu ini kan? tapi kenapa kamu pergi? Maafin aku ya Ren, semua ini gara-gara aku," ucap Vanya sendu.

Vanya kembali menangis, sungguh ia rindu sekali, sangat rindu, ia rindu menatap senyum manis dari lelaki itu, menatap mata indahnya yang ikut tertutup ketika ia tersenyum, perlakuan manis dan romantis yang selalu di berikan oleh sosok itu, dan semua hal indah lainnya.

Vanya akhirnya mencoba untuk menenangkan dirinya, ia mengusap kembali air matanya, mencoba tetap kuat untuk terbiasa berjalan menjalani kehidupan tanpa cahayanya lagi.

Ia lalu melanjutkan kembali perjalanannya menuju ke kelasnya. Setelah sampai ia langsung menaruh tasnya dan duduk di sana, di sampingnya kini ada sang sahabat yang menatapnya iba, sebab ia sudah beberapa kali melihat Vanya berangkat ke sekolah dengan wajah murung dan mata sembab.

"Vanya, lu nangis lagi? Sampai kapan lu bakal kaya gini? Lu gak kasian apa sama diri lu? Dan apa lu juga gak kasian sama Rendy? Dia pasti sedih lihat lu kacau kaya gini, inget kan pesan dia dulu, dia bilang lu harus selalu bahagia Va", kata Citra.

"Gimana gue bisa bahagia kalau sumber kebahagiaan gue aja udah pergi ninggalin gw sekarang Cit, gak tau bakal sampai kapan gue kaya gini, gue masih belum bisa terima kenyataan ini Cit, terlalu sakit buat gw, dan lebih sakit lagi ketika gue tau kalau penyebab dia pergi itu gara-gara gue Cit, dia pergi gara-gara gue jahat ya gue Cit," katanya sembari menangis tersedu-sedu.

"Sutt, lu ngomong apa sih? nggak, ini bukan salah lu Va, ini semua udah takdir, lu gak boleh nyalahin diri lu sendiri, udah jangan nangis terus, dia gak suka kalau semestanya ini bersedih, jadi hapus dulu air matanya ya," kata Citra lalu memeluk erat sahabatnya itu.

"Cit, gue kangen Rendy, pengen peluk dia, biasanya kalau gue nangis gini dia selalu ngehapus air mata gw dan meluk gue supaya tenang, tapi sekarang gak ada Cit," katanya lagi.

"Iya, gue tau, ini semua pasti beratkan buat lu, di sini masih ada gue dan keluarga lu Va, jangan terlalu lama larut dalam kesedihan ya," kata Citra sambil menepuk-nepuk pundaknya.

Vanya hanya bisa menjawab dengan berdeham.

Terlalu sulit untuknya menjalani semua ini, kenangan indah bersama Rendy tidak akan mungkin bisa ia lupakan begitu saja, saat ini ia hanya ingin bertemu dengan lelaki itu, tiba-tiba ia teringat sesuatu, Vanya lupa kalau ia sudah lama sekali tidak berkunjung ke tempat itu.

"Cit, gue mau ke tempat itu, gue kangen," katanya pada Citra.

"Hmm, lu mau kesana? ayo gue temenin, siapa tau lu butuh pundak gue buat nangis, lu kan cengeng kalau pergi ke sana pasti selalu nangis," kata Citra.

"Hahaa, iya mau banget, makasih ya,udah mau nemenin gue ke sana," jawab Vanya.

"Iya sama-sama," jawab Citra.

"Semoga gue kuat ya Cit," ucap Vanya lagi.

"Iya Vanya, gue yakin lu pasti kuat kok," kata Citra sambil tersenyum.

Ada rasa sakit dan sesak ketika ia harus memberanikan diri datang ke tempat itu lagi, tempat yang membuat Vanya kembali harus sadar bahwa dia benar-benar sudah kehilangan rembulannya.







Kira-kira Vanya mau kemana ya? Dan kemana kah sebenarnya Rendy pergi? Dan apa penyebabnya? Penasaran gak nih?

You and The Memories ( End/ Sudah Terbit )  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang