My Vanilla Blue 20

2 1 0
                                    

"Ibarat mencintai tanpa memiliki, hanya sebuah perasaan yang tak pernah terbalaskan, friendzone? Bukan bukan. Cinta sepihak tepatnya. Dimana kamu berada dalam sebuah keadaan yang mencekikkan, seolah ingin berteriak padanya bahwa aku mencintaimu."

Cuaca hari ini begitu terik dengan angin sepoi-sepoi.
Nampak seorang gadis duduk disebuah kursi panjang yang berada disamping lapangan futsal sembari memegang sebuah buku novel dengan halaman yang lumayan tebal.

Angin menerpa menerbangkan sejumput rambut yang menjuntai milik gadis dengan rambut terurai tanpa poni itu.

Ia melihat satu-persatu siswa yang sedang bermain futsal. Tapi tak ada yang menjadi incaran matanya.
"Mungkin lagi diruang osis." Batinnya lalu memasang earphone dikedua telinganya.

Rey menyunggingkan senyumnya saat ia melihat Vanilla sedang duduk sendirian dibangku panjang yang bearada tak jauh dari lapangan futsal.

Ia menghentikan langkahnya sejenak, sebuah lekukan setengah lingkaran terpampang diwajahnya ketika rambut gadis itu tertiup angin.
Rey lalu melangkahkan kakinya kearah Vanilla.

Rey mencabut earphone disalah satu telinga Vanilla hingga membuat gadis itu terkejut dan menatapnya sinis. Tanpa berpikir panjang, Rey duduk disamping Vanilla dengan senyuman terbaiknya.

"Cilukbaaaa." Goda Rey tetapi Vanilla hanya menatapnya sebentar lalu kembali ke objek awalnya.

"Yahh ga kaget." Ledek Rey lalu memposisikan tubuhnya duduk menghadap kedepan sembari melihat para siswa yang tengah lalu lalang.

"Ngapain?" Tanya Vanilla tanpa menoleh kearahnya.

"Gue? Ngapain? Galiat gue pake baju futsal Laa?"

"Nggak."

"Cowok ganteng gini ga dilirik. Nanti diambil orang loh."

"Kenapa ga main? Tuh anak-anak yang lain udah mulai main." Ujar Vanilla saat melihat isi lapangan futsal yang sudah dimasuki para siswa yang ingin latihan.

"Nggak."

"Kenapa?"

"Kan lagi nemenin lo." Cengir Rey.

"Liat kak Jeje gak?" Tanya Vanilla menghadapkan tubuhnya kearah Rey.

"Dia izin latihan. Ada agenda anak osis." Jawab Rey sekenanya.

"Rugi dong gue nunggu dari tadi." Keluh Vanilla menghembuskan nafasnya kasar.

"Gak rugi kok, kan ketemu gue." Candanya.

"Oiya Laa, bunda titip salam sama lo, katanya kapan main kerumah lagi?"

"Bunda yang bilang atau lo yang ngarang hm?" Ledek Vanilla balik membuat Rey memutar otak.

"Bunda yang bilang kok. Dan gue harap sih juga lo mau main kerumah gue."

"Rey, boleh nanya sesuatu gak?"

"Apanih perasaan gue gak enak." Ucap Rey menutup mata sembari melipat kedua tangannya diatas dada. Ia menyandarkan punggungnya dibangku panjang itu dengan senyum deg-degan.

Rey Sengaja menutup mata agar Vanilla tidak dapat membaca wajahnya karena mengingat kejadian dirumah Vanilla ketika ia mengungkapkan perasaanya.

My Vanilla BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang