[FOLLOW SEBELUM BACA]
[ROMANCE]
-------------------------
Dipaksa pulang saat menempuh pendidikan? Itu yang dialami seorang gus muda.
Muhammad Lutfi Al-Ghaffar. Sosok gus muda yang harus menghentikan pendidikan terlebih dahulu, untuk menjalani pern...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pagi yang cerah menyambut hari yang istimewa. Hari yang bahagia untuk dua insan yang akan bersatu dalam ikatan halal. Ya, hari ini adalah pernikahan Gus Lutfi dan Maira. Walaupun diawali perjodohan, tak bisa dipungkiri jika keduanya merasakan kebahagiaan tersendiri.
Sekarang jam baru menunjukkan pukul lima lewat tiga puluh menit. Gus Lutfi sudah siap dengan kemejanya. Tapi, pemuda itu masih berkutat dengan Al-Qur'an. Katanya, untuk menenangkan hati agar tidak gugup.
"Shadaqallahul 'azhim." Gus Lutfi mengakhiri bacaannya setelah membaca Al-Qur'an kurang lebih satu jam.
"Hari ini aku akan mengucapkan janji suci pernikahan. Rasa suka apalagi cinta belum aku rasakan. Bagaimana jika nanti aku ngga bisa meratukan istriku dan malah mendzoliminya? Ya Allah Yang Maha Cinta, jika memang Maira jodoh hamba, hadirkanlah cinta dalam pernikahan kami. Berkahi setiap langkah pernikahan kami. Aamiin Ya Allah." Gus Lutfi mengusap wajahnya.
"Assalamualaikum, putra ummi." Ummi Hasna masuk ke dalam kamar Gus Lutfi.
"Putra ummi sebentar lagi akan jadi suami ya. Ummi ngga nyangka Mas Lutfi sudah dewasa. Rasanya baru kemarin ummi nimang kamu, kasih ASI, bantu jalan, dan banyak lagi. Barakallah ya, sayang. Sampai kapan pun Mas Lutfi akan jadi pangeran kecil ummi." Mata Ummi Hasna berkaca-kaca menatap putra tunggalnya.
"Ummi jangan nangis, mas cuma menikah bukan mau ninggalin, Ummi." Gus Lutfi mengusap lembut setetes air mata yang keluar dari mata indah ibundanya.
"Jaga Maira ya, Nak. Ummi menganggap Maira bukan hanya sekedar menantu, tapi putri ummi." ujar Ummi Hasna.
"In Syaa Allah, Ummi. Walaupun mas belum menerima ini sepenuhnya, mas akan tetap berusaha melakukan kewajiban mas. Termasuk menjaga Maira." jawab Gus Lutfi.
"Ummi bangga denganmu, Mas. Tetap jadi Lutfi yang ummi kenal ya!" ucap Ummi Hasna.
Gus Lutfi mengangguk yakin.
"Nak."
Gus Lutfi beralih menatap pintu saat ada yang memanggil. Matanya menangkap sosok sang abi di sana.
"Abi," ucap Gus Lutfi tersenyum hangat.
"Terima kasih ya, Mas. Kamu sudah mau menuruti permintaan abi dan Ummi. Melihat kamu menikah adalah kebahagiaan terbesar kami sebagai orang tua." ucap Abi Ghaffar.
"Sudah menjadi kewajiban mas menuruti semua perintah Abi dan Ummi. Tanpa kalian mas bukan apa-apa. Mas bisa berhasil sampai di titik ini juga berkat do'a, dukungan dan didikan dari Abi dan Ummi. Terima kasih, Abi, Ummi." Gus Lutfi mencium tangan kedua orang tuanya. Tak terasa setetes air mata meluncur bebas dari matanya.
"Do'a kami selalu menyertai langkahmu, Nak. Jadilah suami serta ayah yang bisa memimpin dan mendidik istri serta anak-anakmu kelak, Mas." nasihat Abi Ghaffar.