Kita lanjut lagi ya, maaf agak lama nunggunya. Terkendala waktu juga mood. Entah kenapa moodnya kurang mendukung, ada aja yang bikin mood untuk nulis turun padahal dari awal niat banget nyelesain cerbung ini sampai selesai. Memang butuh konsentrasi tinggi dan suasana yang mendukung untuk menulis dan ngelanjutin ceritanya.
Mudah-mudahan ke depannya bisa lebih semangat lagi nulisnya 😊😊. Semangat💪💪
#BRONIES
#BROpart6
Bagaimana kau sudah siap menyerahkan milikmu yang sangat berharga?" Tanyanya setengah berbisik tepat di telingaku.
"A ....aaku ......"
Aku harus jawab apa? Apa boleh aku menolaknya dan menunggu setelah aku siap saja. Tapi sampai kapan siapnya. Sudahlah pasrah saja. Bukankah aku ini istrinya sekarang dan dia berhak meminta haknya padaku, meskipun aku belum siap. Aku memejamkan mata. Dan .......
* * *
Siap atau tidak aku harus siap. Dia suamiku sekarang dan kini meminta haknya. Aku masih memejamkan mata. Keringat membasahi tubuh dan tiba-tiba dia tergelak dan mundur beberapa langkah. Aku membuka mata dan menatapnya tak mengerti. Dia memegangi perutnya dan tertawa lepas. Aku menggaruk kepala yang tidak gatal. Aneh nih bocah kesambet kali ye, pikirku.
"Maaf ....... ." Dia masih terus tertawa.
"Untuk apa?" Aku semakin bingung.
"Aku cuma bercanda. Hanya ingin tahu bagaimana reaksimu," jelasnya membuatku terkejut. " Kenapa wajahmu begitu tegang."
Aku mendelik ke arahnya dan mendengus kesal setelah sadar akan tipuannya barusan. Dan mengambil guling kulemparkan ke tubuhnya. "Nggak lucu!"
Benar kata Santi ni bocah emang usil banget ya. Sumpah deg-deg an aku dibuatnya.
"Kamu marah?" Tawanya sudah mereda.
"Menurutmu?" tanyaku tanpa memalingkan muka ke arahnya.
"Jadi kamu berharap kita akan melakukannya?"
Aku diam saja dan menaiki kasur lalu berbaring agak menepi.
"Kenapa diam?"
Aku masih diam. Males nanggepin dia. Hatiku masih kesal. Mau copot rasanya jantungku. Aku berusaha menata pernapasan yang masih ngos-ngosan tak beraturan.
"Diam berarti mau. "Dia mendekatiku lagi.
Aku secepatnya berbalik dan mendelik kearahnya. "Mau apa?"
Dia terkekeh lagi. Kena dua kali aku. Sial.
"Tenang aja aku cuma bercanda," ujarnya seraya merebahkan diri disampingku dan meletakkan guling yang kulempar tadi di tengah. "Capek ah mau tidur."
"Abi," panggilku. Melirik ke arahnya yang mulai memjamkan mata. "Udah tidur ya?"
"Hemmm ...." Abi menggeliat. "Apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bronies (Berondong Manies)
RomansaSabrina wanita dewasa yang sudah cukup umur untuk membina rumah tangga tak pernah menyangka akan dipertemukan dengan jodohnya secara tiba-tiba dalam sebuah tragedi konyol. Diapun terpaksa menikah dengan seorang pemuda yang seumuran dengan adik kem...