Jia melirik ponselnya. Terdapat panggilan masuk dari Shaka. Cewek itu menghembuskan napasnya, lalu mengambil ponselnya untuk mengangkat telpon.
Ia melirik Natha yang sudah tertidur pulas. Kemudian melangkah keluar.
"Halo." ucap Shaka ketika telpon tersambung.
"Natha gak kenapa-kenapa. Kalo itu yang mau lo tanyain," ucap Jia langsung.
Shaka yang ada di seberang sana terdiam untuk sesaat. "Dia udah makan?" Shaka bertanya setelah kembali dari keterdiamannya.
"Udah," jawab Jia. Matanya memandang langit malam yang kebetulan sedang tidak ada bintang. Pertanda bahwa sebentar lagi hujan akan datang.
"Natha beneran gapapa?" Shaka kembali bertanya. Masih tak yakin dengan apa yang dikatakan Jia tadi. Cowok itu tahu betul kalau Natha menginap di kost Jia dengan mendadak, maka Natha sedang tidak baik-baik saja.
"Iya, Ka."
"Lo gak bohong kan?"
Pertanyaan dari Shaka berhasil membuat Jia terdiam. Cewek itu menilin ujung kaosnya dengan perasaan bimbang. "Enggak," ucapnya pelan. Tentu saja berbohong.
"Oke. Gue minta tolong jagain Natha dulu ya. Maaf kalo dia ngerepotin terus, nanti kalo ada apa-apa bilang ke gue aja."
"Iya."
Setelahnya, sambungan telepon terputus, menyisakan Jia dengan keheningan malam yang menemani.
Cewek itu menunduk, menggigit bibirnya untuk menahan rasa sesak di dadanya.
Di mata Shaka, Jia hanyalah teman yang kebetulan membantu cowok itu untuk menjaga Natha.
Ah, bahkan Jia tidak yakin Shaka menganggapnya sebagai teman. Anggap saja ia ... tangan kanannya Shaka. Iya, begitu lebih baik.
Jia tersenyum getir saat mengingat memori beberapa tahun yang lalu. Lebih tepatnya saat mereka masih duduk di bangku SMA, saat mereka .... masih mempunyai hubungan. Kala itu .... Jia tak tahu bahwa Shaka tidak pernah benar-benar mempunyai perasaan padanya.
Ia baru sadar setelah sebulan mereka putus. Ia baru menyadari bahwa Shaka memang tak serius dengan hubungan mereka. Mungkin kala itu Shaka hanya kasihan dengannya dan tak ingin ia merasa malu, jadi Shaka terpaksa menerima pernyataan cintanya. Yah, mungkin seperti itu?
Selama mereka pacaran, Shaka tak pernah sekalipun memberikan perhatian selayaknya pasangan pada umumnya. Cowok itu cenderung cuek dan hanya bicara seperlunya.
Hal itulah yang membuat Jia memutuskan hubungannya dengan Shaka. Ia pikir, dengan memutuskan hubungannya dengan Shaka akan membuat perasaannya hilang begitu saja.
Namun ternyata ia salah. Bukannya hilang, perasaanya malah semakin besar. Jia mencintai Shaka. Yah, setidaknya itu lah yang Jia tau tentang hatinya.
Shaka? Tidak, bahkan meliriknya saja tidak.
Semua yang ada di hidup cowok itu hanyalah Natha, Natha dan Natha. Shaka tidak pernah memperhatikan Jia seperti dia memperhatikan Natha. Shaka tidak pernah mementingkan Jia seperti dia mementingkan Natha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistake✔️
Dla nastolatkówBagi Arshaka, hanya ada dua perempuan yang menjadi prioritas di hidupnya. Pertama adalah ibunya, dan kedua adalah Zeanatha Aileen. Bagi sebagian orang di kampus, Natha adalah cewek paling beruntung. Memangnya siapa yang bisa membuat Shaka luluh se...