16. Tak Terima

951 134 2
                                    

Dari saat masih di kampus, sampai sekarang saat mereka sudah sampai di apartemen. Natha masih betah dengan keterdiamannya. Lebih parah dari kemarin, hari ini Natha bahkan tidak mengucapkan sepatah katapun jika bukan Shaka yang berbicara duluan.

Cewek itu ... berbeda dari biasanya. Membuat Shaka tidak bisa untuk tidak peduli. Ia sudah kepikiran tentang Natha sejak kemarin malam.

Sudah pasti Natha ada masalah. Mau disembunyikan serapat apapun, pasti akan tetap ketahuan karena perubahan sikap Natha yang sangat kelihatan.

Yah, orang cerewet memang susah untuk menyembunyikan masalah.

"Lagi ada masalah? Mau cerita?" tawar Shaka, menatap Natha yang kini tengah melepas ikat rambutnya dari kepala.

Natha terdiam, memandang Shaka tanpa berkedip. Sebelum kemudian tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. "Enggak ..."

Shaka menyipitkan matanya, "Lo bohong. Gak mungkin lo diem kaya gini kalau gak ada masalah."

Shaka sudah terlalu mengenal Natha sampai kebohongan seperti apapun tak mempan untuknya.

Senyum di wajah Natha pudar. Ia menggaruk kepalanya yang tak gatal. Cewek itu tampak kebingungan ingin menjawab apa.

"Gue selalu ada dan selalu bisa buat dengerin cerita lo, Nat, asal lo tau itu." Shaka kembali berucap.

"Gue tau."

"Lo tau tapi lo gak pernah sekalipun ceritain masalah-masalah lo itu ke gue.
Please, Nat, jangan bikin gue ngerasa gak berguna buat lo." Shaka melanjutkan ucapannya yang membuat Natha tak kuasa menahan rasa gemetar di hatinya.

Entah sejak kapan obrolan mereka berubah menjadi serius seperti ini.

"Lo berguna banget buat gue, Shak. Tapi untuk sekarang, gue gak bisa seterbuka itu sama lo. Maaf," balas Natha, kini menundukkan kepalanya karena tak tahan menatap Shaka lama-lama.

Shaka terdiam lama, menahan setumpuk kecewa di dadanya dengan susah payah . Dia tersenyum paksa, lalu membalas, "Oke." Yang artinya mengakhiri percakapan serius dari keduanya.

Cowok itu langsung berjalan menuju dapur, meninggalkan Natha yang masih menunduk dengan rambut yang sudah terurai hingga menutupi sebagian wajahnya.

Natha beberapa kali merutuki dirinya karena tidak bisa menahan pikirannya sendiri untuk berhenti memikirkan Arga. Yang pada akhirnya membuatnya jadi lebih banyak diam karena selalu teringat tentang masalah kemarin.

Suara dari mesin blender berhasil mengalihkan perhatian Natha. Ia menoleh ke arah dapur dengan kernyitan di dahi. Penasaran dengan kegiatan yang tengah Shaka lakukan.

Suara mesin blender sudah berhenti, tergantikan dengan suara Shaka yang kini malah memanggilnya.

"Nat! Sini," perintah Shaka dari dapur.

Natha menurut, ia melangkah ke dapur dengan perasaan bingung. Hingga kebingungannya terjawab saat melihat segelas jus wortel yang baru saja Shaka letakkan di atas meja makan.

"Minum," suruh Shaka santai, melupakan tentang percakapan serius mereka beberapa saat yang lalu.

Natha menatap Shaka beberapa saat, lalu berucap pelan, "Gue pikir lo marah ..."

Shaka mendengkus kasar. "Gue marah, tapi bukan berarti lo absen minum jus wortel."

Ucapan itu berhasil membuat Natha berdecak sebal, lalu mengambil segelas jus wortel itu untuk langsung diminum.

•••

Shaka menatap langit-langit kamar Wira, dengan badan yang terbaring di kasur Wira sejak pertama kali datang ke rumahnya.

Mistake✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang