Sinar mentari pagi menembus celah celah gorden berwarna pink, "eeuuhh..." Suara lenguhan Aluna karna meregang kan otot otot tubuhnya.
Dia membuka matanya, dan melihat ke samping tempat tidur nya.
Dia mengambil ponselnya yang di letakkan di atas nakas di samping tempat tidur nya, Dia terkejut melihat jam menunjukkan pukul sembilan,
"Ke bangun!!" Teriak Al di telinga Karen, agar Karen bangun.
"Eemm apa sih,? Gue masih ngantuk, ini semua gara gara Lo, gue jadi ikutan mabuk pala gue jadi pusing, gue mau libur ngantor" gumam Karen.
"Sorry... ya Lo sih lagian ngapain juga ikut ikutan minum, gue kan udah biasa" ucap Aluna.
"Ini semua gara gara Abang Lo itu" gumam Karen sudah dengan posisi duduk dan menangis.
Aluna hanya mengelus punggung sahabatnya itu dan berkata "udah lupain aja dia ke."
Karen dan Brian sempat berpacaran lama, hingga mereka harus berpisah karna Brian yang menghamili wanita lain.
"Susah... gue udah coba Al, gak gampang buat lupain orang yang udah bertahun tahun sama kita hiks hiks. Gue cuman jagain jodoh orang kalo gitu namanya" omel Karen karna Aluna selalu saja bilang begitu.
"Iya sih"gumam Aluna dalam hati.
"Ya elo masih mending ke bisa pacaran sama Abang gue, cowok yang Lo suka, nah gue? Aiden malah pergi ninggalin gue, pacaran aja kagak. Dia kuliah di negeri orang, parahnya lagi kita gak ada komunikasi" Ucup Aluna lesu.
"Pasti karang dia udah jadi pengusaha terkaya, dan dia pasti udah nikah" gumam Aluna sedih.
*Sembilan tahun yang lalu*
Saat kelulusan Aluna sudah mempersiapkan sebuah kado untuk Aiden sebagai ucapan selamat karna pasti Aiden siswa yang memiliki nilai tertinggi.
Namun itu semua tidak sesuai dengan yang di harapkan oleh Aluna.
Orang yang dia tunggu tunggu tak datang, dia sudah bertanya dengan Brian, tapi Ian juga tak tahu keberadaan Aiden.
Hingga akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke rumah uncle Arsen dan menanyakan tentang Aiden.
Saat sampai di rumah mewah itu, dia di sambut ramah oleh satpam yang menjaga rumah itu.
"Sore pak, Aiden?" Tanta Aluna namun sudah di potong oleh pak satpam itu.
"Ooh tuan Aiden dan lord Arsen sudah di Amerika non" ucap satpam itu.
"Ini ada surat dari tuan Aiden untuk nona" ucapnya lagi sembari memberikan sebuah surat. Dengan kertas berwarna pink.
"Terimakasih" ucap Aluna dan langsung pergi dari sana.
Hiks hiks, isak tangis Aluna di dalam mobil, sedari tadi dia menahan perasaan yang teramat sedih karna di tinggal tanpa memberikan kabar.
Lama dia membenamkan wajahnya di stir mobil, akhirnya dia menoleh ke surat yang berwarna pink itu.
Aluna mengambil dan membuka surat itu.
*Isi surat*
"Maaf... Mungkin ini bakal buat kamu sedih, tapi bukan maksud aku buat gak ngabarin kamu, atau gimana...
Cuman, aku gak bisa lagi buat lihat wajah manis kamu, aku takut aku gak bisa untuk pergi jauh dari kamu.
Mungkin caraku ini jahat menurut mu, tapi aku hanya gak mau lihat kamu nangis. Dan i love you
Aku sayang sama kamu Al, aku cinta, tapi aku pergi bukan untuk sebentar, tapi untuk waktu yang lama, dan bahkan aku bisa gak balik lagi...
Aku hanya mau sampaikan perasaan ku sama kamu aja...
Dan setelah ini kamu harus jalanin hidup kamu, kamu harus cari pacar dan harus menikah. Aku gak mau kamu kesepian.
By: Aiden
****
Aluna menangis sejadi jadinya, "segampang itu ya Lo suruh gue carik cowok dan menikah!" Ucap Aluna sambil terisak.
"Gue juga cinta sama Lo aiden! Hiks hiks, gak mungkin gue bisa lupain semua kenangan kita... Palingan juga Lo ntar yang di sana sama cewe lain!!" Ucap Aluna lagi meremas kertas itu dan langsung melajukan mobilnya pergi dari sana.
*Kembali ke sembilan tahun kemudian*
Karen yang melihat sahabatnya itu sedih langsung menarik tangan Al dan mengajaknya mandi.
Mereka memang sering mandi berdua, dan sudah tau bagian-bagian tubuh mereka yang terdapat tompel
"Yuk ah kerja..." Ajak Karen.
"Udah telat, gue gak mau di marahin lagi sama bos gila itu" ucap Aluna.
"Hhmm, kita berhenti aja kerja di kantor..." Ucap Karen yang membuat aluna langsung menabok kepala Karen.
"Mau kerja apa lagi bego...!" Ucap Aluna.
"Mending nih ya kita buka cake shop aja. Gimana?" Tanya karen.
Aluna tampak berfikir,
"Capek tau kerja di kantor, mana di marahin terus lagi ma bos... Mending kerja sendiri, enak gak ada yang marahin." Ucap Karen seperti itu agar otak Aluna terpengaruh.
"Yaudah deh, gue omong dulu tapi sama nyokap dan bokap gue, biar dapat modall ucap Aluna.
Setelah selesai mandi dan bersiap mereka ke kantor untuk memberikan surat pengunduran diri mereka berdua.
Tapi sialnya, mobil Aluna tiba tiba mengalaminya kempes ban.
"Damn!!" Ucap Aluna menendang ban mobilnya."Kempes Al?" Tanya Karen
"Iya nih, ayok bantu gue ogeb" kesal Aluna.
"Iya-iya nyonyaa..." Ucap Karen
"Ambilin gue ban serepnya di belakang" suruh Aluna pada Karen.
Karen berjalan ke bagasi mobil untuk mengambil ban serep, "uuh panas banget, berat lagi ini ban nya... Al bantuin dong, berat ini..." Gumam Karen
"Gak bisa lah ke, gue lagi lepasin baut ban." Ucap Aluna kesal.
Karen mendengus kesal, dengan sekuat tenaga dia mengangkat ban itu, dan dia memiliki ide untuk menggelinding kan ban itu, tapi sial ban itu menggelinding kencang meninggalkan Karen.
"Aa... Ban nya...!!" Teriak Karen.
Braakkkk!!!!!!! "Mampus!" Ucap Karen.
Aluna langsung berlari menghampiri Karen. Dan dia sangat terkejut akan apa yang sudah terjadi.
"Karen!!! Lo kenapa bego banget sih hah?!" Ucap Aluna memegang kepalanya dan menangis,
"Maafin gue Al, itu bannya berat" ucap Karen dan juga ikut menangis.
Aluna jongkok dan melanjutkan tangisan nya, "karang gimana dong itu mobil orang ke, pasti mahal biayanya" ucap Aluna dengan terisak
Ban yang menggelinding tadi menabrak sebuah mobil sport mewah, dan membuat kaca depan mobil itu retak.
Karen ikut jongkok dan mengelus punggung Aluna, "maafin gue" ucap Karen.
"Bangke..." Ucap Nicolas yang sempat syok karna kaca mobil nya retak terkena ban.
Dan pria yang di sebelah nya hanya menyipitkan matanya karna memperhatikan dua gadis itu menangis dan berjongkok.
"Selesai in masalah ini sampai kelar" ucap Aiden pria yang sempurna dengan seringainya.
"Siap bos" ucap Nicolas
. . .
KAMU SEDANG MEMBACA
You And Me
Teen Fiction"abang! tolongin..." gue memasang wajah memelas. "ssttt... bisa gak jangan panggil abang di sekolah!" ucapnya sambil melihat lihat apakah ada orang atau tidak. "tolongin..." kata gue lagi. "ogah! mending lo balik aja sono ke kelas, lagian lo cewe...