Chapt 1: Tentang hidup yang hampir sempurna

29 11 0
                                    

Seperti biasa, sebelum tidur papah selalu menceritakan cerita saat aku baru terlahir di dunia. Ia selalu berkaca-kaca setiap kali menceritakannya. 'langit malam itu cerah tak berbintang. Tangismu memecahkan kesunyian malam. Ada rasa lega yang luar biasa di dalam dada papah.' papah kemudian berhenti, dan menyeka air matanya. 'selamat malam malaikat kecil papah' bisiknya sembari mengecup keningku.

Masa kecilku sama dengan anak-anak lainnya, yang tumbuh dengan penuh kasih sayang orang tua. Aku punya papah yang dekapannya selalu membuatku merasa aman, dan Aku punya mamah yang penuh dengan kasih sayang. Yang selalu menjadi pendengar terbaik untukku dikala semesta sedang tak memihak ku. Jika sudah merasa seperti ini, aku seperti tak membutuhkan orang lain lagi di hidupku.

Hidupku terasa sempurna saat itu. Saat pandanganku tentang dunia masih menyenangkan. Saat Warna warna cerah masih menghiasi imaji ku. Yang selalu Berimajinasi tentang hidup seperti di negeri dongeng para prince dan princess di Disney. Saat Gambaran tentang masa depan masih seperti cerita dongeng yang berakhir dengan dinikahi seorang pangeran dan hidup bahagia selama-lamanya.

'Agatha, bangun sayang' suara lembut itu terdengar samar di telingaku. 'agatha, bangun sayang, sarapannya sudah siap' suara lembut itu kembali terdengar, memaksa mataku untuk terbuka dan tubuhku untuk bangkit. 'iya mah' ujarku sembari mengucak pelan mataku. 'sini, uuuuhhhh anak mamah sudah besar' mamah mendekapku. Mengelus rambutku dengan lembut, dan sesekali mencium pipi dan keningku. Terasa sangat nyaman. Aku tak ingin semua ini berakhir Tuhan!

'kita kebawah yuk sayang, papah sudah menunggu di bawah untuk sarapan' ujar mamah yang ku balas hanya dengan sebuah anggukan. ada sesuatu yang mengganjal di hatiku. Ada sebuah kerinduan yang sangat mendalam di hatiku.

Aku kembali memeluk mamah dengan sangat erat. 'eh, ada apa nih? Tumben banget' ucap mamah seraya membalas pelukanku. Aku menggeleng perlahan di bahu mamah. 'Agatha sayang mamah' ujarku dengan masih terus memeluk mamah. 'iya sayang, mamah juga sayaangg banget sama agatha' saut mamah dengan lembut.

Aku sangat suka harum tubuh mamah. Itu sangat menenangkan ku. Seperti obat penawar dikala sakit ataupun merasa sedih. Semerbak harum bunga melati tercium dari Rambut mamah yang panjang dan halus. Mata mamah yang sayu menatap penuh kasih sayang. Dan tangannya yang halus selalu membuat nyaman saat mengelus rambutku.

Aku turun ke bawah menjumpai papah yang sudah sedari tadi menungguku untuk sarapan bersama. Papah tersenyum ke arahku 'selamat pagi malaikat kecil papah' ujarnya dengan senyuman lebar. 'selamat pagi papah' sahutku yang segera duduk di depan papah. 'selamat makan' aku, papah dan mamah mengucapkannya berbarengan dan setelahnya kita tertawa bersama.

Pagi itu sangat indah dilengkapi dengan sinar matahari yang menembus kaca dan burung-burung kecil yang bernyanyi bersautan memanggil Sepoi angin yang menambah sejuk suasana. Kita masih berada di meja makan. Menghabiskan makanan dengan candaan yang tak henti membuat aku tertawa.

'weekend ini Agatha pengen kemana?' ujar papah masih dengan senyum di pipinya. 'Agatha ingin liat air terjun pah' sahutku dengan masih mengunyah makanan. 'hahaha anak papah. Liat nih mah anak papah ingin liat air terjun katanya' ujar papah kepada mamah yang membuat kami tertawa.

Time To liveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang