Pattaya ke Khlong Yai sekitar enam jam dengan jarak tempuh 312 kilometer. Khlong Yai merupakan daerah perbatasan Thailand dan Kamboja, jalanan ini termasuk sibuk. Berangkat pukul dua siang dari Pattaya dan sampai pukul delapan kurang di Khlong Yai Border Checkpoint.
"OH MY GOD, SETIR KIRI!" pekik Chandra senang, setelah berhasil keluar dari border di Thailand. Antusiasnya mengundang atensi ketiga anak yang duduk di belakang. Dengan girang Rinjani dan Renja menengok ke arah jendela. Benar saja, mereka sudah berada di jalur kanan sekarang. Sekadar informasi, negara ASEAN yang menggunakan setir kiri yakni Myanmar, Kamboja, Vietnam, Laos, dan Filipina.
"Yah, fokus!" Wendy memperingati karena melihat sang suami terlalu bersemangat sampai lengah menyetir.
Pukul sepuluh malam mereka baru keluar dari Thailand. Tiba di sebuah restoran yang buka dua puluh empat jam. Setelah bernegosiasi dengan pemilik restoran, Chandra memutuskan untuk mendirikan rooftop tent di sekitar tempat itu.
Besok pagi perjalanan akan dimulai pukul delapan setelah sarapan, destinasi selanjutnya yaitu Kirirom National Park dan dilanjut menuju Phnom Phenh— ibu kota Kamboja. Mereka akan menginap di sebuah hotel selama dua malam satu hari. Lusa berencana pergi ke Angkor Wat dan kemudian menghabiskan waktu mengunjungi wisata di kota Phnom Phenh sebelum melanjutkan perjalanan menuju Hanoi— Vietnam.
Pagi sekali, keluarga itu sudah mengantre di toilet untuk mandi. Rinjani menjadi yang pertama pergi ke kamar mandi, kemudian Renja, disusul oleh Chandra, sedangkan Wendy menjadi yang paling terakhir karena harus mengurus si bungsu terlebih dahulu.
Pagi itu cukup sibuk. Membuat sarapan pagi, menata barang-barang yang telah digunakan semalam, juga memisahkan pakaian kotor untuk di-laundry nanti ketika tiba di kota besar.
Terkadang, Wendy merindukan rumahnya di Indonesia. Sebagai ibu rumah tangga, ia ingin segala keperluan dan kenyamanan anggota keluarga dipenuhi dengan baik. Ketika di rumah saja, Wendy pernah kecewa karena belum bisa memaksimalkan perannya sebagai ibu dan istri, ditambah dengan situasi sekarang.
Dua malam terakhir ini Wendy memikirkan banyak hal, apa lagi ketika tidur di rooftop tent. Berdesakan, banyak nyamuk, alas kurang empuk, rebutan bantal, bahkan harus waspada takut kalau atap mobil jebol.
Semuanya serba terbatas, ruang gerak menjadi terbatas ketika berada di mobil, waktu istirahat yang tidak menentu, bahkan mungkin kebersihan juga masih kurang. Sehingga, dia memikirkan ulang perjalanan panjang mereka. Baru seminggu dan Wendy sudah merasa lelah.
Wendy melirik Nusa, bayi itu serdang bermain dengan mobil-mobilan kesayangannya. Si kecil sedang menekan mainan itu pada kasur angin yang sengaja dipasang di tengah mobil.
"Bubu ..." Nusa menunjuk-nunjuk ke luar mobil di mana sang ayah dan kedua kakaknya sedang membereskan barang.
"Bunda mau mandi dulu ya, sayang." Baru saja hendak keluar mobil suara nyaring tangis Nusa menggagalkannya. "Nak, Bunda belum mandi," ujarnya penuh pengertian.
Wendy mencium aroma tubuhnya, tidak bau tapi keringat membuat lengket dan tak nyaman.
"Tutu, au tutu...."
"Mandi dulu nanti minum susu, oke?"
Semakin keraslah tangis bayi itu, sejak semalam si bungsu menempel pada ibunya. Tak mau disentuh oleh ayahnya sekali pun. Kalau sudah begini, Wendy tidak bisa berbuat apa-apa. Nusa akan mengamuk jika dipisahkan dengan dirinya.
• Journey of Love •
Wendy tengah duduk sambil memangku Nusa yang sedang menyusu padanya, di sampingnya ada Chandra yang sedang menyuapi sang istri. Cukup sulit memisahkan Nusa dari ibunya, untuk mandi sekali pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Journey Of Love
FanfictionThere is no sincerer love than the love of family. Chandra memiliki impian, keliling dunia bersama sang istri dan anak-anak lucu mereka. Hingga suatu hari setelah penantian sepuluh tahun, keluarga mereka mewujudkan mimpi itu. Bersama Wendy dan ketig...