Tiga enam

918 72 0
                                    

Delapan bulan kemudian

Keadaan Sasuke semakin kacau tiap harinya. Saat itu, setelah dari makam Ino, ia segera melaju kerumah sahabatnya. Lagi-lagi pil pahit harus ia terima, Mebuki mengatakan jika Sakura sudah pergi ke New York dua hari sebelumnya dan bekerja disana bersama Temari di kantor milik Gaara.

Lagi kata Mebuki, kemungkinan besar Sakura akan menetap dan meniti karir disana selamanya mengikuti jejak Gaara.

"Aarrghh.. " Teriak Sasuke frustasi bila teringat dengan kenyataan itu.

Dunia terasa berhenti berputar dan rasanya hidupnya hanya berjalan ditempat.

Sai membuka pintu ruangan Sasuke dengan cemas mendengar benturan benda keras. Dan benar saja, pesawat telepon yang tak berdosa sudah remuk dilantai akibat amukan Sasuke.

Sai menghela napas panjang dan mendekati Sasuke yang duduk bersandar lelah di kursi kerjanya. "Kau kenapa lagi?"

Sasuke membuka matanya dan duduk dengan benar begitu mendengar suara Sai. Entah siapa yang memulai pertemanan, yang jelas dua pria itu kini berteman baik. Mungkin karena sama-sama patah hati membuat keduanya saling mengerti perasaan masing-masing.

Sasuke menggeleng lemah, "Tidak ada. Hanya teringat ucapan Mama Mebuki waktu itu dan emosiku tiba-tiba saja tersulut."

"Kau harus coba mengontrolnya."

"Sudah. Tapi tetap gagal."

"Kurasa kau sudah gila."

"Aku setuju denganmu."

"Lalu mau sampai kapan kau begini terus?" Sasuke hanya diam.

"Kau masih tidak mau coba menemuinya?" Entah sudah berapa kali Sai menyarankan Sasuke untuk menemui Sakura ke New York dan berbicara dari hati ke hati.

"Aku takut."

Sai mendengus kesal, selalu itu jawaban Sasuke. "Astaga, kau bisa benar-benar gila jika terus seperti ini. Lagi pula apa yang kau takutkan sih?" Sasuke lagi-lagi hanya diam.

"Oh.. Atau kau masih ragu dengan perasaanmu. Kau takut kalau sebenarnya kau tidak benar-benar mencintainya?"

Sasuke menggeleng cepat "Bukan itu."

"Lalu apa!" Kesal Sai.

"Aku hanya takut menyakitinya lagi. Mungkin saat ini Sakura sudah bahagia dengan kehidupannya yang sekarang. Lalu haruskah aku datang dan mengacaukan semuanya lagi. Aku pikir Sakura sudah mengalami banyak kesulitan selama denganku."

Sasuke menatap sendu mata Sai "Aku takut cintaku ini justru menyakitinya."

Sai diam tak mampu menjawab. Apa yang Sasuke katakan ada benarnya juga, sangat tidak adil untuk Sakura jika gadis itu yang sudah menemukan ketenangannya dan harus diusik lagi. Tapi pertanyaannya, apakah saat ini Sakura sudah menemukan kebahagiaannya?

"Jadi kau tidak akan pernah mau menemuinya?" Tanya Sai memastikan. Sasuke mengangguk lemah.

"Baiklah aku hargai keputusanmu. Tapi satu hal lagi, iya kalau saat ini Sakura bahagia, maka kau sangat jahat untuk mengusik hidupnya lagi. Tapi, kalau saat ini Sakura sama hancurnya denganmu bagaimana? Atau bahkan selama ini dia menunggu kedatangan mu. Ingat Sas, Sakura itu sangat mencintaimu. Dan menurutku, sangat sulit baginya untuk melupakanmu begitu saja."

Sai tersenyum penuh arti dan menepuk pundak Sasuke untuk menyalurkan semangat sebelum akhirnya dia keluar dari ruangan tersebut meninggalkan Sasuke yang dipenuhi kebimbangan.

FriendZone (SasuSaku Version) *END*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang