CHAPTER 05

14K 2.1K 150
                                    

"Sa adhzillu uhibbuka wa in thoola intidhzor fa in lam takun qodri faqod kunta ikhtiyaari."

🍁🍁🍁

Hariini adalah hari terakhir maisa menyetor hafalannya,setelahnya mereka tak akan bertemu lagi dan menjadi asing kembali.

"Sadaqallah hul'azim." Setelah menyetor hafalannya maisa tidak langsung pergi melainkan duduk di samping gus Arsyaq, namun mereka menjaga jarak.

Maisa menoleh ke arah gus Arsyaq yang sedang menatap langit "ustadz tau hal teristimewa selama hidup saya?." Tanya maisa.

"Saya tidak tau,kalau kamu tidak bilang."

Maisa membuang nafasnya kasar. "Hal teristimewa saya ialah pernah mencuri uang mama saya untuk bersedekah." Bohong maisa agar bisa membuat gus nya tertawa.

Gus Arsyaq terkekeh. "Mencuri istimewa?."

Maisa menggeleng."mencuri dosa,yauda maisa pamit dulu ya tadz,assalamu'alaikum."

Maisa tidak jadi pergi melainkan memberi gus Arsyaq beberapa permen."ambil tadz." Ucap maisa menyodorkan permen.

"Buat saya?."

Maisa menggeleng."buat cucu ustadz." Lalu maisa tertawa.

"Diambil pak ustadz!!." Ucap maisa lalu gus Arsyaq mengambil satu permen.

"Syukron."

"Syukron to." Jawab maisa.

Saat maisa ingin pergi,gus Arsyaq memanggilnya lalu mengatakan."Sa adhzillu uhibbuka wa in thoola intidhzor fa in lam takun qodri faqod kunta ikhtiyaari." Setelah itu tersenyum ke arah maisa.

Maisa menerjemahkan maksud gus Arsyaq."Aku akan selalu mencintaimu walaupun penantian itu begitu lama jika engkau memang bukan takdirku, maka aku bahagia telah memilihmu."

Maisa menjawab."terimakasih sudah mengatakan bahwa kamu mencintaiku, namun jangan terlalu mencintaiku karna ini adalah senyuman terakhirku." Setelah mengatakan itu maisa pergi dari hadapan gus Arsyaq.

Gus Arsyaq menatap kepergian maisa,hatinya seperti tergores menatap gadis itu meninggalkan nya,mungkin dia terlalu mencintai maisa sehingga allah menjauhkan mereka.

🍁🍁🍁
Sudah tiga hari gus Arsyaq tidak melihat murid nya,yaitu maisa,ia benar benar rindu senyum gadis itu yang selalu membuatnya tertawa akan tingkahnya,ia rindu gadis kecil itu.

"Maisa arsyila saviana." Gus Arsyaq mengabsen namun tidak ada jawaban.

Vina bangun dari kursinya lalu menjawab."afwan tadz,maisa izin libur sebulan."

Gus Arsyaq mengangguk dan tersenyum,namun hatinya sangat sakit,ternyata ucapan maisa waktu itu benar,bahwa dia sudah di khitbah.

"Saya telat mengenalmu." Gumam gus Arsyaq.

Setelah mengajar gus Arsyaq kembali ke ndalem untuk beristirahat,ia tidak sengaja berpas pasan dengan azzahra.

"Gak makan dulu tadz?." Ini kali pertamanya azzahra berbicara dengan gus Arsyaq.

Gus Arsyaq tersenyum,lalu menggeleng."saya sudah makan." Setelah mengatakan itu gus Arsyaq pergi dari hadapan azzahra.

"Ternyata benar,saya telah mencintaimu maisa sehingga saya tidak mempunyai perasaan lagi terhadap azzahra." Gumam gus Arsyaq lalu masuk ke kamarnya.

Baru saja gus Arsyaq ingin memejamkan matanya,tiba tiba ponselnya berdering.

"Tumben uma telfon."

"Assalamu'alaikum anak uma yang gantengg."

YA HABIBATI [ Selesai ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang