3. Rindu

117 28 5
                                    

Kepala Ryujin memberat. Ia sangat pusing. Tangisan sehariannya kemarin sangat membuat energinya terkuras habis-habisan.

Perempuan cantik itu beranjak dari kasur king size bed nya. Ia berjalan menuju dapur. Setelah sampai, tangannya mengambil satu gelas kaca dan berjalan menuju dispender air. Lehernya sangat seret dan sakit karena kejadian kemarin.

Ryujin membuka gorden panjang yang ada menutupi jendela di ujung apartemennya. Ah... Masih gelap.

02.30

Itu yang bisa Ryujin simpulkan dari jam dinding putih yang terpajang di tengah dapur.

Gadis itu menghela napasnya kasar. Sudah jalan 5 tahun, tapi sakitnya masih sama.

Ting tong ting tong

Bel dari apartemen Ryujin berbunyi. Gadis itu mendelik bingung. Jam setengah tiga pagi begini, siapa yang menghampirinya?

Gadis itu berjalan lemah menuju pintu apartemen. Dibukanya lah pintu tersebut.

Baru saja melihat tamunya sepintas, Ryujin langsung menutup pintunya lagi.

Hyunjin. Kenapa lelaki itu ada di depan?

"Dek..."

Dada Ryujin sesak lagi. Kenapa dengan bangsat nya Hyunjin masih memanggil dia Dek? Ga inget dengan istri dan anak nya apa?

"Bangsat Jin... Bisa bisa nya lu masih manggil gua Dek..." Gumam Ryujin dengan nada tinggi. Emosi sudah menguasai gadis itu, Ia sudah tidak kuat menahannya.

"Aku mau jelasin dulu..." Suara parau dari lelaki di sebrang sana menyahut.

Ceklek

Hyunjin terkejut saat pintu didepannya terbuka. Ryujin dengan keadaan yang berantakan, matanya bengkak tak karuan.

Hyunjin! Orang gila! Orang bodoh! Kamu berhasil membuat gadis kesayanganmu hancur berkeping-keping!

Plak!

Satu tamparan berhasil mengenai pipi Hyunjin. Lelaki itu sempat tersentak, Ia menatap gadis di depannya itu. Mata Ryujin sangat dipenuhi oleh kebencian. Siapapun tolong... Ia tidak mau ada kesalahpahaman diantara mereka. Ia ingin memeluk gadis di depannya... Ia rindu.

"Hyunjin..." Suara serak dari gadis ini berhasil menyayat hati Hyunjin.

"Gua hancur..."

Hyunjin menggigit bibir tebalnya keras. Rasanya Ia ingin menampar dan memukul dirinya sendiri. Gadis ini hancur karenanya.

"Aku mau jelasin semua Ryu... Kasih aku kesempatan, oke?" Hyunjin berusaha bernegosiasi. Namun sayangnya, tatapan Ryujin tidak meramah. Masih dikalut dan dipenuhi tatapan kebencian.

"Ngejelasin sesuatu yang malah bikin gua tambah hancur? Gila lo anjing?!"

Ryujin menutup pintu apartemennya lagi. Namun Hyunjin dapat membaca gerak-geriknya. Lelaki itu menahan pintu yang beberapa senti lagi akan menutup.

Hyunjin berusaha sekeras mungkin membuka pintu apartemen tersebut. Dan ya, kalian tau siapa yang menang. Hyunjin berhasil membuka nya secara sempurna.

Setelah terbuka, Ia masuk ke dalam apartemen Ryujin. Dengan terburu-buru, lelaki itu mendekap perempuan kesayangannya dengan erat.

Tangisan yang sedari tadi di tahan oleh Ryujin semakin menjadi.

"Lo jahat anjing! Lo bilang lo bakal selalu ada buat gua bangsat!" Gencar Ryujin dalam dekapan Hyunjin. Perempuan itu berusaha sekeras mungkin untuk mendorong dan menolak pelukan Hyunjin, namun tenaga lelaki itu tetap saja lebih unggul. Ryujin hanya dibuat capek dengan tingkah lakunya sendiri.

𝐓𝐇𝐄 𝐄𝐍𝐃 | 𝙷𝚠𝚊𝚗𝚐𝚜𝚑𝚒𝚗 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang