Chapt 2: Sebuah insiden

13 6 2
                                    

Weekend pun akhirnya tiba. Keluargaku memilih suatu Curug yang tidak terlalu jauh dengan desaku. Hanya berjarak 2 desa dari desa tempat kami tinggal. Letaknya memang agak terpencil dan lumayan sepi. Sengaja papah memilih Curug itu karena ingin menghabiskan waktu bersama keluarga dengan lebih nyaman katanya. Aku dan mamah hanya mengiyakannya saja.

Saat pertama kali melihat tempat itu, mataku langsung terpaku dengan pelangi kecil yang melengkung di bawah Curug. 'Tempat yang sangat cocok untuk menyendiri' benakku. Suasana sepi yang hanya terdengar suara air jatuh dan angin sepoi-sepoi yang menerpa muka menambah kesan asri Curug itu. Tanpa berlama-lama aku, papah dan mamah langsung menceburkan diri. Menikmati sejuknya air yang jatuh dari atas.

Tidak ada orang lagi selain kita. Burung bersautan dari arah hutan yang semakin menambah kesan suram. Walau agak menyeramkan tapi tempat ini sangat indah

Saat sedang seru berendam di dalam air, tiba-tiba kurasakan seperti ada yang menyeret kakiku. Aku seperti terseret masuk ke dalam dasar hingga semuanya gelap. Papah dan mamah tak segera sadar kalau aku sudah tenggelam karena masih asyik menikmati jatuhnya air dari atas. beberapa saat kemudian mamah menyadari kalau aku sudah tak terlihat.

'pah, Agatha kemana? Kok ga ada?' tanya mamah kepada papah yang sedikit khawatir. 'loh, bukannya tadi di samping mamah?' tanya papah balik ke mamah. Dengan panik mereka mencari ku. 'mah, coba mamah ke permukiman. Minta bantuan, papah akan tetap disini mencari Agatha' ujar Papah kepada mamah yang sudah menangis hebat.

Beberapa saat kemudian bantuan datang dan segera menyusuri Curug dan hutan di sekitarnya. Setelah 2 jam lebih mencari tak membuahkan hasil apapun. Papah terlihat mengeluarkan ponselnya dan segera melapor polisi. Karena saat itu aku masih berusia 6 tahun, jadi dengan cepat di tangani.

Kembali polisi menyisir sekitar Curug itu. Beberapa Anjing pelacak di kerahkan untuk mencari tubuh agatha. Waktu berjalan sangat cepat hingga tak terasa hari sudah mulai gelap. Dengan terpaksa pencarian harus di hentikan demi keselamatan.

'Gimana ini pah?' lirih mamah dibarengi dengan Isak tangis pilu. 'agatha pasti sedang ketakutan dan kedinginan disana' lanjutnya yang membuat hati orang yang mendengarnya akan teriris. Liburan yang menyenangkan kini berubah menjadi hal paling buruk yang mamah papah alami. Canda tawa yang tadi terdengar kini berganti dengan Isak tangis yang memilukan.

2 hari sudah mencari, menyisir setiap jengkal Curug tapi tetap tak membuahkan hasil apapun. Harapan mereka untuk menemukan agatha dengan kedaan hidup perlahan telah pupus. Pasrah akan keadaan dan berharap segera menemukan tubuh mungil Agatha.

Di pojokan kamar, mamah menangis sembari terus memeluk fotoku. Air matanya sudah kering, tapi ia tak bisa berhenti menangis. Papah yang terlihat frustasi hanya bisa melamun memperhatikan ponsel memantau perkembangan pencarianku. Rumah yang dahulu penuh canda tawa kini berubah menjadi bangunan suram yang hanya terdengar suara tangisan.

Time To liveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang