A DAFFODIL BOUQUET

541 62 6
                                    

CHAPTER 24
A DAFFODIL BOUQUET


Kara melirik angka digital pada sudut layar laptop saat mendengar dering ponselnya. Sudah hampir pukul enam petang. Dia lalu meraih benda yang tergeletak di samping laptop untuk menjawab panggilan, yang ternyata berasal dari Emmy.

"Ra, titip terang bulan yang pisang keju satu sama cokelat kismis satu ya. Nanti uangnya gue ganti. Oh, sama Ben bilang, bahan makanan di kulkas kalian kosong. Jadi nanti sebelum lo pulang buat beli terbul pesanan gue, lo ke supermarket dulu ya. Ben malas buat keluar katanya. Bye."

Belum sempat Kara memberikan tanggapan apapun, Emmy sudah mengakhiri panggilan begitu saja. Perempuan itu yang baru memproses informasi beberapa detik kemudian seketika mendengus sebal. Bisa-bisanya mereka menyuruhnya membeli kudapan dan berbelanja secara mendadak seperti itu. Padahal kedua teman baiknya itu bisa pergi berdua untuk membeli hal yang mereka butuhkan jika memang sejak tadi mereka hanya bertahan di apartemen. Bukan menyuruhnya yang masih berada di toko seperti sekarang.

"Menyebalkan," gerutu Kara sambil meletakkan ponselnya ke atas meja.

Perempuan itu beranjak berdiri, kemudian meregangkan tubuhnya. Bertahan di depan laptop selama hampir empat jam lamanya cukup membuat tubuhnya kaku.

Setelah selesai mengurus pembayaran pada pemasok bahan baku tadi, perempuan berkacamata itu memutuskan mengunggah beberapa foto terbaru produk tokonya pada situs dan media sosial Magnolia. Selain menampilkan produk-produk terbaru toko itu, Kara juga menyematkan beberapa foto yang sempat dia ambil di festival kuliner serta wedding exhibition yang sempat Magnolia ikuti beberapa bulan lalu. Sedikit terlambat memang. Tapi daripada tidak sama sekali kan?

Selain mengunggah foto juga artikel singkat pada situs dan media sosial Magnolia, Kara juga sedikit mengubah tampilan situs digital toko itu agar tampak lebih menarik. Saking fokusnya dia memperbarui konten pada situs dan media sosial Magnolia, dia sampai tidak sadar kalau waktu sudah hampir melewati petang hari.

Kara lalu meraih ponselnya kembali untuk menghubungi orang yang sejak tadi berada di benaknya. Dia seketika tersenyum saat orang yang dipikirkannya menjawab panggilan pada dering kelima.

"Hey, Delilah," sapa Kara. "Mau nemenin gue belanja ke supermarket nggak? Sekalian makan kalau lo juga belum makan malam. Gue jemput lo sekarang ya kalau lo mau?" ujar perempuan itu.

Karena hari ini merupakan jatah libur Delilah, Kara jadi tidak memiliki kesempatan untuk bertemu gadis itu lagi di Magnolia setelah siang tadi dia mengantarnya pulang. Walau terdengar memalukan dan tampak seperti remaja yang baru mengenal kata naksir, perempuan berkacamata itu tidak dapat membohongi dirinya kalau saat ini dia sangat ingin melihat wajah Delilah. Meski gadis itu baru menghilang dari pandangannya sejak tujuh jam lalu.

"Hmm... Ini aku lagi bantuin Bunda siapin makan malam, Kak," jawab Delilah di seberang sana.

WRAPPED AROUND YOUR FINGERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang